Sultan HB X Salat Idul Fitri 8 Agustus
Sri Sultan Hamengku Buwono X akan mengikuti salat Idul Fitri 1434 H di Alun-alun utara, Kamis (8/8).
Editor: Gusti Sawabi

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Kesultanan Yogyakarta akan mengikuti salat Idul Fitri 1434 H di Alun-alun utara, Kamis (8/8).
"Menyesuaikan Lebaran Keraton kan tanggal 8 dan 9 Agustus. Sholatnya di Alun alun utara saja, karena setelah sholat langsung ada acara Gerebek Syawalan," ucap HBX, Jumat (2/8/2013) di kompleks kantor Kepatihan.
Seperti diketahui, Raja Keraton Kesultanan Yogyakarta tersebut juga akan menyampaikan sedekah bagi warganya berupa tujuh gunungan Syawalan usai mengikuti sholat Idul Fitri 1434 Hijriah pada hari Kamis (8/8). Tujuh gunungan yang terdiri dari buah-buahan dan hasil bumi lainnya itu akan dikirab dari Bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta mulai pukul 10.00 WIB oleh 104 marakarya (pengawal gunungan).
Dari ketujuh gunungan tersebut, lima diantaranya akan dibagikan ke warga di Masjid Gedhe Kauman, satu gunungan dihantarkan ke Pura Pakualaman sedangkan satu gunungan dihantarkan ke Kepatihan bagi Abdi Dalem Kaprajan yakni PNS di Pemda DIY.
Ketua MUI DIY, Muh Toha Abdurrahman mengatakan berdasarkan hasil hisab sejumlah organisasi islam, kemungkinan 1 Syawal 1434 H akan berlangsung bersamaan yakni pada Kamis (8/8). Sebab, sejumlah hasil hisab menunjukkan bahwa posisi hilal sebagai penanda awal pergantian bulan sudah mencapai tiga derajat pada Rabu (7/8) senja. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa hari berikutnya sudah memasuki bulan Syawal.
Sesuai Konsensus Islam Internasional, jika hasil hisab menunjukkan hilal sudah mencapai dua derajat maka dinyatakan sebagai 1 Syawal. “Kalau perhitungan hisab saja sudah menunjukkan hilal tiga derajat, maka kemungkinan besar hilal sudah muncul, bahkan tanpa harus rukyat,” ucap Toha.
Menurut Toha, adanya kemungkinan persamaan waktu Lebaran antara berbagai organisasi Islam tersebut akan memberikan keuntungan. Sebab, jika ada perbedaan Lebaran, hal itu menunjukkan seolah-olah ada gesekan antara berbagai organisasi islam. (esa)