Jangan Sampai Ada "Pengantin"
KEPALA Bagian Operasional (Kabag Ops) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung,
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- KEPALA Bagian Operasional (Kabag Ops) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Diki Budiman mengungkapkan, polisi mengoptimalkan kesiapsiagaan agar jangan sampai terjadi adanya teror bom di Kota Bandung. Termasuk mencegah adanya "pengantin" atau istilah untuk pelaku bom bunuh diri.
Menyusul ledakan bom di Vihara Ekayana Jakarta Barat, Minggu (4/8/2013) malam, disebutkan Diki, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya preventif. Masyarakat turut ambil bagian dalam upaya pencegahan dengan meningkatkan kewaspadaan di lingkungan masing-masing.
"Pokoknya, jangan sampai ada 'pengantin' di Bandung. Kami kan sudah dapat informasi perekrutan 'pengantin' baru, belum lama ini. Sejak itu, di luar tugas rutin melayani masyarakat. Kita optimalisasi kesiapsiagaan. Apalagi ada kejadian semalam di Jakarta, sudah otomatis meningkatkan intensifitas penjagaannya," ujar Diki di Mapolrestabes Bandung, Senin (5/8/2013).
Polrestabes Bandung meningkatkan intensivitas penjagaan di 24 vihara dan rumah ibadah lainnya di Bandung. Bukan hanya vihara, tapi juga di gereja, rumah dinas pejabat, dan markas komando kepolisian.
Sikap waspada dan hati-hati pun ditunjukkan pengelola Vihara Bhumi Pharasija Cianjur pascaledakan bom di Jakarta Barat.
"Pengurus sudah menelepon kami agar berhati-hati atas kejadian itu. Mungkin pengurus sudah kontak dengan pihak kepolisian. Tapi sampai saat ini tidak ada apa-apa dan tidak ada orang yang mencurigakan," kata Uci Sanusi (52), petugas kebersihan vihara tersebut, kemarin.
Sikap waspada juga dilakukan pengurus di Vihara Dewi Kwan In di Kampung Pasekon, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. "Sebetulnya kami juga merasa waswas dengan adanya kejadian peledakan bom di Vihara Ekayana. Sebab kami juga sedang persiapan untuk kegiatan Kamis malam nanti yang kebetulan bertepatan juga dengan hari raya Idulfitri. Rencananya akan ada sembahyang 35 hari sekali di vihara ini," ujar Desti Dwi Anggraini (24), pengurus vihara tersebut ketika ditemui Tribun, Senin (5/8/2013).
Desti pun berharap tidak terjadi hal serupa. Sebab nantinya akan ada sekitar 250 orang akan beribadah di vihara yang didirikan almarhum Suhu Oey Hok Liang tersebut. Umat yang akan beribadah itu berasal dari luar Kabupaten Cianjur seperti Banten, Jakarta, Bandung dan kota-kota besar lainnya.
"Biasanya kalau ada kegiatan ada petugas yang mengontrol ke sini. Mudah-mudahan semua kegiatan pada hari itu berlangsung aman dan lancar," kata Desti.
Hal senada juga dikatakan Ketua Vihara Sakya Wanaram, Biku Arya Kusalo ketika ditemui Tribun tak jauh dari Vihara Dewi Kwan In, kemarin. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihaknya berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan memperketat keamanan dengan berkomunikasi dengan warga sekitar.
Adanya kejadian bom itu, kata Biku Arya, tak lantas membuat pihaknya bersikap ekslusif dan menutup diri. Menurutnya, peledakan tersebut dikhususkan belum tentu dikhususkan untuk umat Buddha.
Polres Cianjur pun membentuk tim untuk mengantisipasi kejadian serupa menyusul ada sekitar delapan vihara yang tersebar di Kabupaten Cianjur. "Sejak awal kami senantiasa waspada. Kami akan berbuat semaksimal mungkin dalam memberikan pengamanan dan pelayanan kepada masyarakat selama masa arus mudik, balik, dan kegiatan wisata masyarakat pascalebaran ini," kata Kapolres Cianjur AKBP Dedy Kusuma Bakti kepada Tribun melalui ponselnya, Senin (5/8).
Peningkatan pengamanan juga dilakukan sejumlah Polres lainya, seperti Polres Cimahi dan Subang, untuk mengantisipasi kemungkinan adanya tindakan teror dari kelompok tidak bertanggung jawab. (cis/dic/zam/men)