Pengusaha Minyak Akar Sambut Baik Penguatan Dollar
Para pengusaha minyak akar wangi di Kabupaten Garut menyambut baik penguatan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Para pengusaha minyak akar wangi di Kabupaten Garut menyambut baik penguatan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah yang mencapai sekitar Rp 11.000.
Dengan nilai tukar dollar AS yang tinggi, para pengusaha minyak akar wangi dapat melakukan negosiasi produknya dengan harga tinggi.
Produsen minyak akar wangi di Kampung Legokbulus, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, sekaligus Ketua Koperasi Akar Wangi Kabupaten Garut, Ede Kadarusman, mengatakan akhir Juli 2013, para produsen minyak akar wangi hanya menjual produknya dengan harga tertinggi mencapai Rp 875 ribu per kilogram.
"Akhir Agustus 2013 ini kami akan melakukan negosiasi minyak akar wangi dengan eksportir dengan harga Rp 1 juta per kilogramnya. Hal ini disebabkan nilai tukar dolar terhadap rupiah yang menguat, semoga sampai akhir bulan masih di kisaran tinggi," kata Ede di tempat produksi minyak akar wanginya, Senin (26/8).
Menurut Ede, tingginya harga minyak akar wangi pun dipicu kualitasnya yang ikut meningkat. Menurut Ede, musim kemarau membuat bahan baku akar wangi memiliki kadar minyak yang lebih tinggi daripada kadar airnya. Penjemuran akar wangi pun, menjadi lebih cepat.
Ede mengatakan, meningkatnya harga minyak akar wangi ini merupakan berkah setelah para pengusaha menghentikan kegiatan produksinya selama dua pekan selama libur Lebaran.
Diharapkan awal peningkatan harga ini akan terus berlangsung sampai mencapai harga ideal tertinggi sebelum masa krisis Eropa, yakni, Rp 1,3 juta per kilogram.
"Saya harap posisi minyak akar wangi dapat kembali menguat di pasar internasional. Sekarang saat dolar naik, pengusaha berani membeli bahan baku akar wangi Rp 3.000 per kilogram dari petani. Sebelumnya, cuma Rp 1.500 per kilogram. Akhir bulan ini saya targetkan menjual 200 kilogram minyak wangi dengan harga Rp 200 juta," kata Ede yang juga menjabat Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Jabar dan Anggota Dewan Atsiri Indonesia ini.
Harga akar wangi Indonesia, ucapnya, sempat menurun akibat krisis Eropa. Hal ini disebabkan pulihnya produksi akar wangi Haiti setelah negara itu diguncang gempa besar dan perang saudara. Akibatnya, dengan alasan kemanusiaan, para pemasok dari Eropa memilih membeli minyak akar wangi dari Haiti.
Akibatnya, kata Ede, harga tanaman akar wangi hasil panen anjlok menjadi Rp 1.500 per kilogram dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 5.000 per kilogram. Petani akar wangi pun mengalami kerugian karena harus menjual akar wangi dengan harga rendah sedangkan mereka pun harus tetap memberi upah buruh taninya.(sam)