Warga Sulawesi Minta Belanda Akui Westerling Penjahat Perang
Anak korban kekejaman Westerling pada tahun 1947, di Sulawesi Selatan, meminta Pemerintah Belanda mengakui Westerling sebagai penjahat perang.
TRIBUNNEWS.COM, PAREPARE - Anak korban kekejaman Westerling pada tahun 1947, di Sulawesi Selatan, meminta Pemerintah Belanda tidak hanya memberikan kompensasi kepada keluarga korban.
Pemerintah Belanda, juga dituntut mengakui bahwa aksi Westerling adalah kejahatan perang.
"Saya tidak mengharapkan kompensasi dari Pemerintah Belanda. Namun kami sudah cukup pihak Belanda mengakui ke publik bahwa korban Westerling adalah korban kejahatan perang," kata Faisal Andi Sapada, anak Letnan Satu Andi Sapada, seorang pejuang Kota Parepare kala itu.
Ditemui di rumahnya di Kelurahan Tiro Sompe, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Kamis (12/9/2013). Faisal yang merupakan Wakil Wali Kota Parepare terpilih, meminta Pemerintah Belanda tidak hanya membantu korban kekejaman Westerling, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia.
"Belanda mestinya membangun fasilitas umum seperti rumah sakit untuk istri dan anak korban kekejaman Westerling. Istri korban sudah renta butuh perawatan," ujar Faisal.
Faisal mengaku tidak akan menjual perjuangan nenek dan orangtuanya dengan mata uang euro. Faisal mengaku kala itu bapaknya yang gencar melalukan perjuangan melawan penjajah, ditenggelamkan ke dalam laut, diikat dengan batu.
Seperti diberitakan, Pemerintah Belanda melalui Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan, menyampaikan permintaan maaf secara umum kepada Indonesia terkait serangkaian "pembantaian" yang dilakukan militer Belanda pada 1940-an.
"Atas nama Pemerintah Belanda, saya meminta maaf atas kejadian itu," kata Dubes de Zwaan, dalam sebuah upacara resmi di Kedubes Belanda di Jakarta, Kamis (12/9/2013).
"Pemerintah Belanda berharap permintaan maaf ini akan menutup babak-babak sulit bagi mereka yang terdampak langsung kekerasan yang terjadi antara 1945 sampai 1949," tambah de Zwaan.
Bulan lalu, Pemerintah Belanda mengumumkan akan memberikan santunan sebesar 26.600 dollar AS atau sekitar Rp 270 juta untuk para janda korban pembantaian.
Perhatian khusus dalam upacara ini diberikan kepada para janda para lelaki yang tewas dalam kampanye militer brutal Belanda di Sulawesi.
Dubes de Zwaan berencana akan terbang ke Makassar pekan depan untuk bertemu dengan para janda yang kini berusia antara 90 hingga 100 tahun.