Tragis, Kembaran Bayi itu Ada di Mulut Ginan
Aep Supriatna (36) tidak kuat melihat penderitaan anak pertamanya Ginan Septian Nugraha yang belum genap satu minggu
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Bandung - Aep Supriatna (36), warga Kampung Cikadu, Kecamatan Cipendeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB) selalu menitikkan air mata setiap kali keluar dari ruang Natal Intensife Care Unit (NICU) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Ia tidak kuat melihat penderitaan anak pertamanya Ginan Septian Nugraha yang belum genap satu minggu dilahirkan dari rahim istrinya Yani Mulyani (33).
Dari keterangan Aep, Ginan mengalami kelainan saat dilahirkan. Dari dalam mulut kecil putranya itu, muncul seonggok daging. "Kata bidan yang membantu persalinan, itu tumor," tutur Aep dengan nada lemah saat ditemui Kompas.com di ruang tunggu RSHS, Sabtu (21/9/2013).
Namun, ketika diperksa lebih lanjut di RSHS, daging yang muncul dari mulut putranya itu ternyata bukan daging biasa. Ginan ternyata lahir dengan keadaan kembar siam. Daging yang keluar dari mulutnya itu adalah kembarannya.
Ukuran bayi di mulut Ginan cukup besar, sekitar setengah ukuran tubuh Ginan sehingga memaksa mulutnya terus menganga. Bayi tersebut menempel di dalam rongga mulut bagian atas dan menjulur keluar.
"Setelah diteliti dokter, tahunya itu menyerupai bayi karena ada kaki dan ada alat kelaminnya, tapi kepalanya tidak ada," tutur Aep.
Bayi yang menempel dari mulut itu, kata Aep melanjutkan, sudah dipastikan tidak bernyawa. Untuk itu, Ia berharap pihak RSHS bisa menyelamatkan nyawa Ginan dengan cara memisahkan tubuh tak bernyawa tersebut dari mulutnya.
"Yang keluar dari mulut itu ada satu tangan, dua kaki dan kelaminnya laki-laki," ungkapnya.
Meski memiliki kelainan, berdasarkan keterangan dari dokter yang menangani putranya, Aep mengatakan, Ginan lahir dalam keadaan sehat. "Saya cuma ingin anak saya sembuh," harapnya.
Aep tidak memungkiri jika dirinya masih bingung untuk membayar semua biaya perawatan hingga biaya operasi pemisahan tubuh tak bernyawa itu dari mulut anaknya. Pasalnya, sehari-hari Aep yang berprofesi sebagai penjual es cincau keliling, tidak memiliki biaya sepeser pun. Dalam satu hari, Ia mengaku hanya mendapat laba bersih tidak lebih dari Rp 50 ribu
"Sampai tiga hari ini saja saya sudah ngutang sampai Rp. 1.000.000," tuturnya.