Gadis Pekerja Kafe Kabur karena Ingin Dijadikan PSK
Selama dua minggu bekerja di kafe tersebut, Mutia merasa dibohongi.
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGPANDAN - Merasa tidak sesuai dengan pekerjaan yang dijanjikan, pekerja sebuah tempat hiburan malam di kawasan Gunung Payung, Jalan Anwar, Tanjungpandan, Babel, melarikan diri dari tempat tersebut, Senin (23/9/2013) dini hari.
Gadis asal Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, lalu melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolres Belitung, Selasa (24/9/2013), usai melarikan diri.
Mutia alias Hanifah (20), awalnya mendapat tawaran pekerjaan dari saudaranya, di sebuah kafe. Lalu, ia dikenalkan dengan pengelola kafe di Balitung. Ia diiming-imingi kerja di sebuah kafe seperti di kota-kota besar, dengan live music.
Ia pun menyetujui pekerjaan tersebut, dengan menandatangani surat perjanjian kerja, dengan seseorang yang disebut Bos Reno di Jakarta.
Namun, setelah dibawa ke Belitung, ternyata Mutia dibawa ke Kafe Dona di kawasan Jalan Anwar, Tanjungpandan.
Selama dua minggu bekerja di kafe tersebut, Mutia merasa dibohongi. Karena, pekerjaan yang dilakukannya di Kafe Dona, tidak sesuai dengan perjanjian awal. Bahkan ia menduga dirinya akan dijadikan pekerja seks komersil (PSK).
"Pertamanya aku ditawari kerja oleh saudara waktu masih di Serang. Katanya kafenya besar, ada musik jazz-nya. Aku hanya sebagai pelayan dan mengantar minum saja ke pengunjung. Tapi, kenyataannya di sini (Kafe Dona) tidak sesuai dengan yang dia bilang. Malah kita ingin dijadikan PSK," papar Mutia kepada Pos Belitung (Babel News Group), Selasa (24/9/2013).
Mutia mengatakan dirinya sering menolak ajakan 'tidur' tamu lelaki hidung belang yang mengunjungi kafe tersebut.
Ini dilakukan Mutia semata ingin memertahankan dan menjaga harga dirinya. Tak hanya itu, bahkan tamu sering memaksa untuk mengajaknya keluar dan melampiaskan nafsu bejatnya, menggunakan tubuh gadis berambut panjang.
"Permintaan itu bukan sekali dua kali, malah sering banget. Tapi aku tetap nolak. Sampai-sampai aku sering dimarahin mami," ungkap Mutia sambil meneteskan air mata dan menundukkan mukanya.
Mutia juga merasa dibohongi soal gaji. Sebab, Mutia dijanjikan gaji sebesar lebih dari Rp 3 juta oleh Bos Reno, saat penandatanganan perjanjian kerja sebelumnya.
"Katanya gajiku Rp 3 juta lebih, tahu-tahu sudah kerja enggak ada gaji. Cuma dapat uang cas Rp 50 ribu, tapi dibagi dua. Terus dapat uang botol, setiap botolnya hanya Rp 3.000," papar Mutia.
Mutia meninggalkan kafe tempatnya bekerja pada Senin (23/9/2013) sekitar pukul 05.00 WIB. Pelariannya sudah ia rencanakan. Mutia berpura-pura ingin mencuci pakaian untuk mengelabui 'mami' yang menjaga para pekerja kafe tersebut.
Saat 'mami' lengah, Mutia menggunakan kesempatan itu untuk meninggalkan kafe. Setelah berhasil pergi dari kafe, Mutia lalu memberhentikan pengendara sepeda motor yang sedang melintas.
Ia meminta tolong kepada pengendara motor tersebut. Pengendara motor ini lalu menanyakan perihal permasalahan yang dihadapi Mutia. Pengendara motor tersebut lalu mengantarkan Mutia ke Mapolres Belitung untuk melapor keesokan harinya.
Saat Pos Belitung mengunjungi Kafe Dona untuk mengonfirmasi hal tersebut, Pos Belitung hanya bertemu wanita bernama Elin (40), yang disebut sebagai mami di kafe tersebut.
Ia mengakui ada pekerja kafe yang bernama Mutia. Namun, saat ditanya mengenai rekrutmen pegawai, ia mengaku tidak mengetahui proses tersebut. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.