Sutikno Didatangi Ahli Waris Pilot Dakota VT-CLA
Makam pilot Alexander Constantine,Aakan diurus pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Australia
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM YOGYAKARTA -Masalah makam pilot Australia, Alexander Constantine, yang gugur dalam peristiwa ditembak jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA pada 29 Juli 1947 di Ngoto, Bantul, akan diurus pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Australia. Waktunya diperkirakan setelah Idul Adha pada 15 Oktober nanti.
Menurut Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Monumen Perjuangan TNI AU (Angkatan Udara), Mayor TNI Sutikno, ahli waris Alexander Constantine telah mendatangi dirinya untuk menanyakan perihal keberadaan makam pamannya tersebut.
"Geoffrey Gold, kemenakan Constantine, datang ke kantor Monumen Perjuangan TNI AU pada 25 Agustus lalu. Ia bersama istrinya. Saat itu saya sarankan dia menghubungi Kedubes Australia dan Inggris terkait urusan makam Constantine itu," kata Sutikno, Rabu (25/9/2013).
Sutikno juga menginformasikan kepada Gold untuk mendatangi TPU (Tempat Pemakaman Umum) Sasanalaya di Jl Ireda 4, Yogyakarta, tempat jenazah Alexander Constantitine dan istrinya Ny Constantine diyakini disemayamkan.
Menurut Sutikno, penerbangan Dakota VT-CLA saat itu melibatkan beberapa negara. Karena itu, pengurusan makam orang-orang yang jadi korban dalam penembakan pesawat itu seharusnya juga melibatkan antar negara.
Disebutkan, pesawat Dakota itu milik Pemerintah India yang dicarter oleh pemerintah Republik Indonesia untuk mengangkut bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya ke Indonesia. Paket carteran tersebut sudah termasuk pilot Alexander Constantine asal Australia, ko-pilot Roy Hazelhurst asal Inggris, dan teknisi Bhida Ram asal India.
Dengan dasar itulah, Sutikno menekankan bahwa urusan makam Alexander Constantine, istrinya, dan Roy Hazelhurst bukan menjadi tanggung jawab Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). "Memang saat itu bukan AURI yang mengambil peran sentral, melainkan pemerintah negara-negara yang bersangkutan," katanya.
Akan tetapi, pihak Monumen Perjuangan TNI yang dihubungi keluarga ahli waris Constantine merasa perlu bertanggungjawab menjaga nama baik Indonesia agar tidak disangka menelantarkan orang-orang yang berjasa di masa lalu.
"Meskipun bukan warga negara kita, bagaimanapun para korban ikut membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sudah sepantasnya kita membantu mereka dengan baik," kata Sutikno.
Mengenai apa yang akan dilakukan terhadap jenazah dan makam-makam orang-orang asing tersebut, Sutikno mengakui tidak tahu. Menurutnya, urusan tersebut menjadi wewenang negara-negara asal jenazah dan ahli warisnya.
Alexander Constantine sebagai pilot dan Roy Hazlehurst (ko-pilot) menjalankan pesawat Dakota VT-CLA, yang ditembak jatuh oleh pesawat Kittyhawk Angkatan Udara Belanda pada 29 Juli 1947. Ikut dalam penerbangan itu, Komodor Muda Udara (Kolonel) Adisutjipto, Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh, Opsir Muda I (Letnan Satu) Adisumarmo, Ny Constantine (istri Alexander Constantine), Zainal Arifin (Konsul Dagang RI di Malaysia) serta Abdulgani Handonocokro. Dalam insiden tersebut, seluruh awak dan penumpang tewas kecuali Abdulgani Handonocokro. Tanggal penembakan Dakota VT-CLA itu kemudian dijadikan sebagai Hari Bhakti TNI AU.(nbi)