Bujangan Jalani Hidupnya di dalam Kandang
Pria ini diduga mengalami ganguan jiwa hingga kini menempati ruang berukuran 1x1 meter, laksana dalam pasungan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Bangkapos.com, Dodi Hendriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA -- Seorang pria berusia sekitar 30 tahun di Desa Pugul Kecamatan Riausilip Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung (Babel) tak dibiarkan oleh keluarganya keluar rumah.
Pria yang tidak disebutkan namanya ini diduga mengalami ganguan jiwa hingga kini menempati ruang berukuran 1x1 meter, laksana dalam pasungan.
"Saya hanya kebetulan saja bertemu dengan keluarga ini. Setelah saya dekati, ternyata Masya Allah, dia manusia," ujar Andi Djohan, warga Belinyu kepada Bangkapos.com (Tribunnews.com Network), Rabu (2/10/2013) malam.
Djohan bercerita awalnya Ia tidak sengaja menemukan pria dalam ruang 1x1 meter tersebut. Djohan yang bermukim di Jakarta ini kebetulan sering pulang ke tanah kelahirannya di Belinyu. Pada Rabu tadi Djohan kebetulan main ke Desa Pugul.
Di desa itu ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya di depan rumah sederhana. Saat itu Djohan sempat melihat wanita tersebut membawa satu buah pisang ke kandang di belakang rumahnya.
"Saya kira ia memberi makan monyet piaraan. Karena penasaran saya ikuti wanita itu. Ternyata ada seorang pria dalam kandang itu," ujar Djohan.
Pria dalam kurungan itu tidak memakai baju, hanya celana seadanya yang menutupi bagian bawah perutnya saja. Rambut panjang tak terurus dengan kondisi tubuh yang kumal. Pria itu tidak menghiraukan kedatangan Djohan.
Ia asik memakan pisang yang baru saja diberikan ibunya. Dalam sekejap pisang itu habis ia makan. Setelah itu Ia baru memperhatikan Djohan yang sedari tadi berdiri di luar kandang.
"Saya mencoba bertanya kepada pria itu, rupanya ia bisa menjawab. Katanya, ia lagi makan pisang yang diberi Emaknya. Saya terharu melihat kondisi pria ini," ucap Djohan.
Menurut cerita ibu pria tersebut, kondisi anaknya seperti itu sudah berlangsung cukup lama. Segala upaya untuk mengobati sudah mereka usahakan. Namun karena keterbatasan dana mereka tidak bisa membawa anaknya itu ke Rumah Sakit Jiwa.
Dengan penghasilan sebagai tukang potong kayu, membuat keluarga ini tak mampu berbuat banyak mengobati buah hati mereka. Selain berobat medis ala kadarnya, alternatif yang mereka pilih dengan cara berobat kampung.
"Ibunya cerita, saat ini untuk berobat kampung saja mereka sudah tidak sanggup. Karena khwatir anaknya ini mengganggu para tetangga, maka terpaksa mereka mengurungnya dalam kandang," ujar Djohan.
Djohan berharap, pemda atau pihak terkait mau membantu pengobatan pria tersebut. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang terbatas tersebut, uluran tangan para dermawan sangat mereka harapkan.