Warga Ramai-ramai Gali Timah Eks Koba Tin
Deru mesin tambang inkonvensional seakan sudah tidak asing bagi mereka yang datang ke kawasan Bemban
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA -- Deru mesin tambang inkonvensional seakan sudah tidak asing bagi mereka yang datang ke kawasan Bemban, Desa Nibung, Kabupaten Bangka Tengah. Suara itu bisa langsung terdengar ketika baru masuk sekitar 500 meter dari jalan masuk kawasan operasi tambang timah yang dulunya dikuasai Koba Tin.
Para penambang inkonvensional pun tidak memperlihatkan ekspresi terkejut saat kedatangan orang asing. Termasuk ketika Bangka Pos berkunjung ke sana pada Senin (30/9/2013) lalu. Meski ada sebagian penambang yang merasa canggung ketika lensa kamera mengarah kepadanya, ada juga yang justru berpose.
Pantauan Bangka Pos, kawasan Bemban semakin didatangi penambang walau sempat terdengar kabar bakal ada penertiban di kawasan tersebut. Pascakeputusan pemerintah untuk tidak memperpanjang Kontrak Karya (KK) PT Koba Tin, seorang penambang yang ditemui Bangka Pos pada Kamis (26/9) mengaku sempat mendapat kabar bakal ada penertiban.
Semakin banyaknya penambang inkonvensional terlihat seiring datangnya alat-alat yang biasa digunakan untuk menambang. Alat-alat itu seperti pipa paralon, selang, dan lain sebagainya. Pun seorang penambang yang ditemui Bangka Pos, Senin (30/9), mengaku baru akan merakit ponton apung, salah satu alat tambang inkonvensional, di kawasan Bemban.
"Kalau mau masuk, itu tinggal koordinasi sama yang punya lahan," kata seorang penambang yang membawa perlengkapan ponton apung dengan menggunakan truk.
Penambang inkonvensional bukan tanpa alasan menyerbu kawasan Bemban yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam KK PT Koba Tin. Penambang yang ditemui Bangka Pos mengaku bisa membawa minimal 20 kilogram timah setiap harinya.
"Kalau orang nambang bebas seperti ini sejak selesai lebaran. Cukup ngasil (menghasilkan) timah di kawasan ini," ujarnya.
Aktifitas penambang inkonvensional tersebar di kawasan Bemban yang sangat luas. Meski begitu, cukup mudah mendapati penambang inkonvensional di kawasan itu. Sebagian mereka berada tidak jauh dari utama yang lebarnya sekitarnya delapan meter. Sayangnya, jalan utama di kawasan tersebut kebanyakan bergelombang dan berlubang. Selain itu, tidak ada aspal yang melapisi jalan utama tersebut.
Pantauan Bangka Pos, Senin (30/9), kebanyakan penambang bergerombol dan menambang semaunya. Pohon-pohon akasia dan sengon roboh akibat aktifitas penambangan. Bahkan sejumlah aset bangunan yang ditinggalkan PT Koba Tin nyaris tak lagi memiliki tumpuan tanah karena tergerus aktifitas penambangan.(tea/mun/zky/j2/rya)