Film Soekarno Dibuat di Ende
Film tentang kisah perjuangan Bung Karno yang diberi judul Ketika Bung di Ende, dibuat di Ende
Editor: Budi Prasetyo
* Didukung Baim Wong dan Paramita Rusady
- Laporan Wartawan Pos Kupang, Romualdus Pius
TRIBUNNEWS.COM, ENDE--Film tentang kisah perjuangan Bung Karno yang diberi judul Ketika Bung di Ende, dibuat di Ende semenjak September 2013. Film tersebut didukung oleh artis dan aktor papan atas, yakni Baim Wong, yang membawa peran sebagai Soekarno dan Paramita Rusady sebagai ibu Inggit Ginarsih.
Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Prof. Dr. Endang Sukarwati, mengatakan salah satu kegiatan Direktorat Pembinaan Kesenian Dan Perfilman pada tahun 2013, adalah memfasilitasi Produksi Film Soekarno.
Kegiatan fasilitasi produksi film Soekarno dilakukan untuk memproduksi film cerita berkualitas yang mengandung nilai budaya, kearifan lokal dan pembangunan karakter bangsa sebagai alat pembentukan jati diri bagi generasi muda.
Pemilihan tema cerita perihal Presiden Indonesia pertama tersebut dirasakan sangat tepat, mengingat beliau merupakan figur bapak bangsa yang memegang teguh budaya lokal. Pribadinya mencerminkan kearifan lokal, berkarakter dan berjiwa kebangsaan.
Pemilihan sosok Soekarno sebagai tema pembuatan film cerita sangat relevan dalam konteks saat ini. Karena baik disadari atau tidak, rasa kebangsaan dan cinta tanah air pada generasi muda saat ini semakin memudar. Oleh karena itu, melalui film Soekarno ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan dan memperkuat rasa kebangsaan di kalangan generasi muda.
Eksekutif produser, Egy Massadiah, dalam keterangan pers kepada wartawan di Ende, Jumat (11/10/2013), mengatakan,
sebagai rangkaian dalam proses Fasilitasi Produksi Film Soekarno, saat ini telah memasuki tahapan produksi dengan mengambil setting di Ende, sejak 1 September sampai dengan 23 Oktober 2013.
Film ini, lanjut dia, berkisah tentang serpihan-serpihan peristiwa dari sebuah fase penting dalam tarik panjang perjuangan Soekarno, founding father Indonesia. Ruang dan waktu pengisahan berlangsung sekitar 1934-1938 di Ende, Flores, NTT. Empat tahun di pengasingan yang jauh dari habitus politiknya, membuat Soekarno mengalami keterasingan eksistensial paling parah di sepanjang hidupnya.
Jauh sebelum kedatangan Soekarno, pemerintah kolonial Belanda telah melakukan propaganda bahwa laki-laki yang akan tiba dikampung Ambugaga, Ende, adalah seorang ekstrimis anti-kolonial yang sangat berbahaya.
Kiprah dan sepak terjangnya dalam organisasi politik, adalah ancaman laten. Demikian propaganda pemerintah kolonial yang dilancarkan ketika itu.
Namun, di tengah keterasingan secara sosial-politik, Soekarno bukanya menjadi tak berdaya, namun menemukan kekuatan baru dalam melawan kolonialisme dan imperialisme.
Di Ende, di bawah pohon Sukun di pinggir pantai, Soekarno merumuskan jati diri bangsa Indonesia, yang kelak kemudian dikenal sebagai Pancasila, dasar Negara Republik Indonesia. Di Ende pula, Soekarno melakukan perlawanan dengan membentuk kelompok tonil yang mementaskan kisah perjuangan dan ramalan kejayaan Indonesia, sebutlah karyanya yang berjudul Doktor Setan dan 1945.