Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Tahlilan Sebelum 'Nguras Enceh' Warisan Sultan Agung di Makam Imogiri

Ratusan peziarah mendatangi kompleks makam Raja-Raja Mataram Imogiri, dalam prosesi nguras enceh.

zoom-in Warga Tahlilan Sebelum 'Nguras Enceh' Warisan Sultan Agung di Makam Imogiri
TRIBUNJOGJA.COM | PADHANG PRANOTO
NGURAS ENCEH - Para peziarah mulai berdatangan ke kompleks makam raja di Imogiri pada Jumat (22/11/2013) pagi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Padhang Pranoto

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL- Ratusan peziarah mendatangi kompleks makam Raja-Raja Mataram Imogiri, dalam prosesi Nguras Enceh atau membersihkan empat gentong, Jumat (22/11/2013) pagi.

Empat gentong tersebut, merupakan warisan kerajaan Mataram dari empat kerajaan sekutunya. Sejak pukul 07.00 pagi, peziarah yang kebanyakan dari Bantul mulai mendatangi pusara. Sebelum prosesi nguras enceh, terlebih dahulu diadakan tahlilan atau berdoa bersama.

Setelah prosesi tahlilan baru kemudian enceh tersebut akan dikuras oleh masing-masing juru kunci Surakarta dan Yogyakarta. Juru kunci Surakarta dipimpin oleh KPH Harya Surya Negara, sedangkan dari Yogyakarta adalah KRT Reksa Surya Asmara.

Sebelumnya diberitakan, masyarakat di Yogyakarta pada Jumat pagi mendatangi kompleks Makam Raja di Imogiri Bantul. Mereka hendak menghadiri prosesi nguras Enceh (gentong) yang berada di kompleks makam tersebut.

Adapun prosesi nguras Enceh (gentong) di pusara Raja-raja Imogiri merupakan sebuah kegiatan menguras air dalam genthong yang berada di depan pintu masuk makam.

Hari ini, untuk kesekian kalinya enceh tersebut akan kembali dikuras. Konon keempat gentong tersebut merupakan bulubekti (hadiah) dari empat kerajaan yang dahulu membina hubungan dengan Mataram.

Berita Rekomendasi

Gentong tersebut berasal dari Palembang (dijuluki Nyai Danumurti), Aceh (Kyai Danumaya), Ngerum Istanbul Turki (Kyai Mendung) dan Siyem Thailand (Nyai Siyem).

Diceritakan, pada waktu tersebut kerajaan tersebut hendak memberi hadiah emas perhiasan kepada Sang Sultan. Namun, Sultan Agung menolak dan hanya meminta empat buah genthong dari masing-masing kerajaan.

Keempat genthong tersebut, dahulu dipakai Sultan Agung untuk mengambil wudu. Ketika Sultan mangkat keempat gentong tersebut dibawa ke makam beliau.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas