Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Belasan Pelajar di Mojokerto Nekat Gugurkan Janin Sendiri

Setidaknya 17 janin digugurkan oleh ibunya sendiri dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini di Kota Mojokerto

zoom-in Belasan Pelajar di Mojokerto Nekat Gugurkan Janin Sendiri
net
ilustrasi 

Laporan Wartawan Surya, Nuraini Faiq

TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 17 janin digugurkan oleh ibunya sendiri dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini di Kota Mojokerto. Para ibu-ibu yang rata-rata masih remaja dan berstatus pelajar ini menggugurkan janinnya lantaran mereka dalam kondisi hamil tak dikehendaki. Mereka hamil dalam statusnya belum menikah.

Sebagaimana data yang disampaikan Dinkes Kota Mojokerto, menggugurkan janin atau kandungan di kalangan pelajar seakan menjadi fenomena tahunan. Bahkan telah menjadi kebiasaan. Setidaknya data yang terekam di Dinkes ini, setiap tahun selalu ada kasus hamil tak dikehendaki dan berujung menggugurkan janinnya sendiri.

Tercatat pada 2011 jumlah remaja yang hamil tak dikehendaki ditemukan 13 kasus. Dari jumlah ini, delapan janin digugurkan. Satu tahun berikutnya trennya meningkat. Pada 2012, naik menjadi 14 kasus hamil tak dikehendaki dengan enam janin digugurkan. Sedangkan sampai Desember tahun ini, yang tercatat ada 9 kasus hamil tak dikehendaki dengan tiga bayi digugurkan.

Kondisi tersebut membuat Kasi UKS Kesehatan Remaja dan Lansia Muhammad Misbach prihatin. Misbach terus memantaunya. Saat ini telah ditemukan duga kasus siswi dalam kondisi hamil. Tragisnya, dua pelajar ini duduk di bangku jenjang SMA negeri. "Pokoknya jenjang SMA negeri. Bisa SMAN, SMKN atau MAN," kata Misbach, Minggu (29/12/2013).

Dari sisi usia, kedua siswi tersebut masih sangat muda, baru 17 tahun. Satu siswi diketahui hamil enam bulan dan satu siswi lainnya diketahui hamil delapan bulan. Namun saat ini, keberadaan dua pelajar itu belum jelas posisinya dimana. Diketahui, mereka menghilang bersama keluarganya masing-masing.

Misbach melihat dari sisi kesehatan bahwa kehamilan keduanya sangat rentan. Sebab, sang ibu masih terlalu muda. Dalam kondiai hamil, mereka seharusnya rutin kontrol kehamilan mereka. Minimal bidan bisa memantau perkembangan secara intensif. "Bidan yang sebelumnya menangani, kini juga mencari pelajar hamil itu," kata Misbach.
Secara medis, itu malah mengkhawatirkan karena bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Baik kepada janin maupun ibu yang mengandung. Misbach masih ingat bahwa pada 2011, ada pelajar hamil yang nekat menggugurkan ke dukun di Pacet. Usai aborsi, sang ibu justru mengalami perdarahan hebat sehingga akhirnya meninggal di rumah sakit.

Berita Rekomendasi

Misbach menentang penguguran kandungan karena perkara hamil yang tak dikehendaki tersebut. "Janin yang bisa digugurkan hanya yang berusia di bawah 10 minggu. Kalau di atasnya pasti tak ada bidan maupun dokter yang mau membantu," katanya.

Namun demikian, masih saja banyak kasus pelajar yang ngotot menggugurkan kandungan yang sudah berusia di atas 10 minggu sehingga membahayakan kondisi ibu yang mengandung dan berpotensi menyebabkan anak berikutnya cacat.

Misbach saat ini terus membentengi para pelajar agar tak terjerumus dalam hamil yang tak dikehendaki tersebut. Saat ini, Dinkes Kota Mojokerto rutin melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja ke sekolah-sekolah. Mereka juga memilih Duta Kesehatan Remaja dan Pelajar dengan membentuk konselor sebaya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas