Yance Terbang Bersama Drum-drum
Kecelakaan laut dahsyat terjadi di Pelabuhan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kecelakaan laut dahsyat terjadi di Pelabuhan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Sabtu (4/1/2013) pagi. Sebuah kapal tanker MT Sumber Mutiara IX yang mengangkut premium, solar dan minyak tanah sebanyak 700 kiloliter terbakar dan meledak keras. Kapal tersebut dinakhodai Rudolf Marthin.
Seorang saksi mata, Max Bawotong mengaku melihat dari awal peristiwa mengerikan itu. Kapal terlihat terbakar ketika jarum jam menunjuk pukul 07.47 Wita. Saat itu dia tengah membeli tiket Kapal Cepat Expres Bahari tujuan Tagulandang-Manado.
"Saat itu saya sedang membeli tiket tujuan Manado," kata Max Bawotong sesaat setelah tiba di Pelabuhan Manado, malam tadi.
Dia mengaku melihat kabel putus dari atas kapal tanker tersebut. Kedua ujung kabel tersebut pun jatuh ke atas drum-drum yang ada di atas kapal tanker. "Saya melihat api dan kemudian disusul ledakan," ungkapnya.
Kejadian itu begitu cepat. Max Bawotong melihat drum-drum terbang setinggi sekitar 50 meter. Tak hanya drum, dia pun melihat dua ABK yang diketahui bernama Olden Lala dan Yance Manapode, ikut terbang bersama drum-drum tersebut. Saat ini keduanya dinyatkan belum ditemukan.
"Saya tak melihat jatuh ke arah mana kedua orang itu, karena ikut terbang bersama drum-drum," ungkapnya.
Api pun semakin besar dan membakar dua mobil truk yang terparkir dekat kapal tanker. Dikatakannya, pada saat kejadian memang Tagulandang sedang ramai-ramainya. Ketika itu ada acara yang di hadiri Bupati Sitaro, Tonny Supit.
Saksi mata lainnya, Jimmy Idrak bersama warga berlarian karena ketakutan ketika mendengar ledakan dahsyat.
"Keras sekali suara ledakan itu. Kaca-kaca goyang, suara ledakan kayak suara pesawat jatuh. Kita lari keluar saat lihat ada asap tebal dan lihat kapal sudah terbakar," kata Jimmy yang merupakan warga Tagulandang itu ketika tiba di Manado, malam tadi.
Ia mengatakan, jarak rumahnya dengan pelabuhan hanya sekitar 50 meter, sehingga saat terjadi ledakan, ia terkejut. Jimmy menambahkan, banyak warga sekitar juga ikut menyaksikan kapal terbakar.
"Di sana belum ada mobil khusus pemadam kebakaran, jadi disiram pakai mobil pemadam kebakaran dari Dinas Sosial dan dibantu warga. Ada juga Bapak Bupati yang lihat kebakaran. Kemudian juga banyak polisi," ujarnya.
Hingga pukul 20.00 Wita, api masih menyala. "Apinya masih menyala. Barusan saya telepon ke sana (Tagulandang), apinya masih ada," ucap Jimmy.
Hal yang sama dikatakan seorang warga Tagulandang lainnya, Swinli Maliyoga bahwa kondisi api sampai pukul 16.00 Wita masih besar. Polisi langsung menutup area pelabuhan.
" Kapal tak bisa merapat. Kita naik kapal cepat Express Bahari, kondisi pelabuhan Tagulandang masih tertutup dan kapal masih terbakar," ungkap Swinli.
Kapolres Sangihe, AKBP Sumitro mengakui api memang sulit dijinakkan karena minim alat pemadam kebakaran.
"Kondisi ini ditambah masih adanya BBM yang berada dalam kapal tersebut," ungkapnya via telepon.
Dikatakannya, dari hasil penyelidikan sementara bahwa dari 14 orang ABK yang mengawaki kapal itu, saat kejadian korban yang selamat berjumlah 12 orang dan dua orang belum di ketahui keberadaannya.
"Diduga kedua ABK tersebut pada saat kejadian masih berada di dalam kapal yang sementara terbakar," katanya.
Untuk penyebab kebakaran, menurut Sumitro, dari penyelidikan sementara terbakarnya kapal tersebut diduga akibat adanya percikan api yang berasal dari mesin alkon pengisap BBM dari tangki kapal ke drum-drum kendaraan di dermaga.
Selain kapal dan BBM yang terbakar, ada juga dua unit kendaraan di dermaga masing-masing truk roda empat dan roda enam yang ikut terbakar. Saat itu kendaraan tersebut mengisi muatan BBM yang di bongkar.
Pemilik kapal, Denny Titah kepada wartawan mengaku tidak tahu penyebab kebakaran tersebut. "Kita tidak tahu penyebabnya apa, ini kapal terbakar tadi. Kita dapat telpon dari sana kalau kapal meledak," kata Denny Titah di Pelabuhan Manado.
Ia menambahkan, kapal tersebut memuat BBM jenis, solar, bensin dan minyak tanah subsidi yang akan disalurkan ke Sitaro.
Mengenai jumlah anak buah kapal, dia menyebut 16 orang dan dua orang ABK belum diketahui keberadaannya. Data ini berbeda dengan milik Polres Sangihe yang menyebut 14 ABK. (kev/def)