Mumun Cekik Sampai Mati Kakak Iparnya
Pelaku sudah berhasil ditangkap. Motifnya dendam karena perkataan korban. Pelaku adalah adik iparnya
Editor: Budi Prasetyo
Tersinggung Cacian Korban
TRIBUNNEWS.COM SUMEDANG, . Satuan Reserse Kriminal Polres Sumedang dan Polsek Tanjungsari berhasil mengungkap kasus pembunuhan menyusul ditemukan mayat yang sudah membusuk. Sebelumnya polisi mendapat laporan penemuan mayat wanita bernama Cicih (38) di kebun bambu Kampung Padasuka, Desa Mekarsari, Kecamatan Sukasari, Kamis (23/1/2014) lalu.
“Pelaku sudah berhasil ditangkap. Motifnya dendam karena perkataan korban. Pelaku adalah adik iparnya korban,” kata Kasatreskrim AKP Niko N Adiputra saat melakukan pra rekontruksi di lokasi penemuan mayat, Kamis (30/1/2014).
Tersangka Mumun Suherman (38) mengaku ia gelap mata dengan perkataan kakak iparnya yang memaki sampai menghina orang tuanya. “Saya gelap mata dengan perkataan Cicih yang menyinggung harga diri saya serta dia juga menghina ayah saya,” kata Mumun di lokasi kejadian.
Duda tanpa anak ini mengisahkan, kakak iparnya memaki dirinya ketika ia kedatangan pacarnya dari Bogor. “Saat kedatangan pacar saya dari Bogor, kakak ipar saya marah-marah dan memaki dirinya dengan perkataan yang kasar,” katanya.
Disebutkan ia memang punya utang pekerjaan di kebun milik kakaknya. “Sebelumnya kakak saya sempat membantu menggarap di kebun saya dan ia meminta saya nanti untuk membantu juga menggarap kebunnya. Saya belum sempat membantu menggarap kebun kakak karena pacar saya keburu datang,” kata Mumun.
Ketika bertemu dengan korban, Minggu (12/1/2014), Cicih langsung memakinya. Bahkan saat Senin (13/1) pagi, ia mencegat Mumun yang juga menjadi tukang ojeg. “Dia mencegat saya sambil memaki dan meminta mengantarkan ke rumah saudaranya di Sukasari. Saat dibonceng, korban terus memarahinya sambil memukul punggung saya,” kata Mumun.
Disebutkan, sebelum sampai ke tujuan, ia segera membelokan motor ke tempat sepi di kebun bambu, Padasuka, Desa Mekarsari. “Saya ajak dia ke balik pohon bambu dan kakak saya terus menghina dirinya serta bapaknya. Saat itulah saya gelap mata dan langsung mencekik lehernya,” kata Mumun.
Usai mencekik sampai mati, Mumun kemudian pulang ke rumahnya di Haurkuning, Desa Nanggerang, Kecamatan Sukasari. “Setelah itu saya pergi ke Bogor mengantarkan pacar saya. Di Bogor saya bekerja di pabrik tas,” katanya.
Mumun mengaku sempat ditelepon kakaknya yang mengabarkan kalau Cicih todak pulang. “Suami Cicih yang juga kakak saya mengabarkan Cicih belum pulang dan saya menjawab tidak tahu,” katanya lagi.
Disebutkan juga ketika Cicih ditemukan sudah mati, kakaknya menghubunginya lagi. “Kakak saya mengabarkan kalau Cicih sudah ditemukan tapi meninggal dunia dan saat itu saya mengatakan Innalillahi,” kata Mumun yang mengaku sejak peristiwa pembunuhan itu ia selalu dibayangi wajah kakak iparnya. (std)