Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Atraksi Pasukan Berkuda Jadi Arena Perang Batu

Atraksi pasukan berkuda lengkap dengan lembing itu hanya setengah jam karena berubah menjadi arena perang batu

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Atraksi Pasukan Berkuda Jadi Arena Perang Batu
Pos Kupang/Petrus Piter
Atraksi pasola yang sebelumnya berjalan semarak dan menegangkan berubah menjadi arena perang batu, Sabtu (1/2/2014). 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Petrus Piter

TRIBUNNEWS.COM, WAIKABUBAK - Pagelaran pasola di Lapangan Hobakala, Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, Sabtu (1/2/2014), tidak berlangsung lama. Atraksi pasukan berkuda lengkap dengan lembing itu hanya setengah jam karena berubah menjadi arena perang batu. Pasukan berkuda yang terlibat pasola menyerang satu sama lain.

Masalahnya sepele, seorang lawan terkena lemparan lembing membalasnya dengan melempar batu. Padahal secara budaya kalau terjadi kecelakaan seperti itu sudah menjadi hal lumrah bila terjun dalam medan pertempuran. Polisi beserta Satpol PP pun berupaya menenangkan kedua kubu. Bahkan Bupati Sumba Barat, Jubilate Pieter Padango, juga turun memberi pengarahan sesaat didaulat rato (tua adat).

Setelah bupati memberikan pengarahan, disepakati pasola dilanjutkan. Kedua kubu yang 'berperang' masuk arena dengan kudanya. Namun 'babak kedua' itu juga tidak berlangsung lama karena kembali terjadi kekacauan. Aparat kepolisian pun bertindak dan membubarkan pasola tersebut.

Sejumlah warga, terutama dari luar Sumba, yang secara khusus ke Sumba Barat menyaksikan pasola tersebut sangat menyesal karena tidak menyaksikannya sampai selesai. Bagaimana seorang pemuda berkuda dan bersenjatakan lembing menyerang lawannya.

"Budaya ini sangat unik dan bagus untuk dilestarikan," ujar Ridwan kesal yang mengaku berasal dari Yogyakarta.

Warga lainnya juga menyayangkan warga Lamboaya tidak menjaga budayanya sendiri tetapi justru mengacaukannya.

Berita Rekomendasi

"Bagaimana meningkatkan budaya, kalau kita sendiri tidak menjaganya. Mestinya sebagai pemilik budaya harus menjaga dan memeliharanya dengan baik agar memuaskan warga yang berkeinginan menyaksikannya," ujar seorang warga.

Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas