Terowongan Ampera, Penjinak Letusan Gunung Kelud
Mematikannya letusan tahun itu jelas tak lepas dari adanya air di kawah Gunung Kelud.
Penulis: Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbicara Gunung Kelud, sulit dilepaskan dengan yang namanya Terowongan Ampera. Terowongan ini dibangun tak lepas dari usaha 'menjinakkan' letusan Gunung Kelud yang kerap eksplosif.
Terowongan ini dibangun berkaitan dengan letusan Gunung Kelud pada tahun 1919. Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa dan merusak sampai 15.000 ha lahan produktif.
Aliran laharnya bahkan merayap sampai 38 km. Padahal, sebelumnya pemerintah kolonial Belanda telah membangun berbagai bendung penahan lahar, terutama di Kali Badak. Bendung penahan lahar ini dibangun mulai tahun 1905.
Mematikannya letusan tahun itu jelas tak lepas dari adanya air di kawah Gunung Kelud. Saat itu, kebanyakan korban meninggal karena terseret lahar panas letusan. Volume air yang besar di kawah, membuat lahar panas bisa mengalir sampai jarak puluhan km.
Awalnya, ada tujuh terowongan yang dibangun. Terowongan-terowongan ini dibangun dengan level ketinggian tertentu dengan maksud mengurangi ketinggian air di dalam kawah Gunung Kelud.
Untungnya, sejak dibuat terowongan-terowongan tersebut, Gunung Kelud tak meletus dalam jangka lama. Baru pada 1951Gunung Kelud kembali meletus disusul letusan hebat pada 1966.
Setelah Gunung Kelud meletus dengan hebatnya, 1966 silam, pemerintah membangun terowongan baru yang letaknya 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan yang selesai tahun 1967 itulah yang kemudian diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.
Letusan Gunung Kelud pada tahun 1990 yang berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990 sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Normalisas baru selesai pada tahun 1994.(diolah dari berbagai sumber)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.