Kakek 80 Tahun Tewas Dikira Orang Mabuk Tidur di Jalan
Maxi Neonane, guru SMP di Kecamatan Oenini, saat melintas jalan itu mengira kakek Hemanus tertidur di jalan karena mabuk
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SOE--Hermanus Nenobais (80), warga Desa Noenoni, Kecamatan Oenini, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ditemukan tewas di jalan masuk Kantor Desa Pika, Kecamatan Mollo Tengah, oleh warga setempat, Senin (17/2/2014) sore.
Maxi Neonane, guru SMP di Kecamatan Oenini, saat melintas jalan itu mengira kakek Hemanus tertidur di jalan karena mabuk. Maxi menemukan Hermanus dalam posisi tidur menyamping di jalan tersebut sekitar pukul 12.00 Wita ketika Maxi ke sekolah.
"Saat saya lewat dengan sepeda motor, Hermanus dalam posisi tidur menyamping kanan. Saya pikir orang mabuk sehingga saya jalan terus. Dan, saya sempat menyampaikan kepada beberapa warga di jalan bahwa ada orang mabuk tidur di jalan. Setelah itu saya lanjut ke sekolah," kata Maxi.
Kepala Desa Pika, Felipus Berek, mengaku mendapat laporan dari warganya, Maxi Tapatab, dan Jemi Tapatab. Keduanya menceritakan bahwa ditemukan seorang warga telah meninggal di jalan menuju kantor desa. "Saat itu saya melaporkan kepada Pospol Mollo Tengah dan langsung ke sini untuk memastikan. Ternyata betul Hermanus adalah warga desa tetangga," katanya.
Mendapat laporan itu, Kapospol Mollo Tengah, Aipda PS Nitbani, bersama Kanit Reskrim Polsek Siso, Harsel Mooy, Kaur Identifikasi Aipda Laurenz Jehau bersama anggota Bripda Polce Thaiboko dan beberapa anggota lain terjun ke tempat kejadian perkara (TKP) mengevakuasi Hermanus ke RSUD SoE untuk visum luar oleh dr. Sisca Juniawaty Kencana.
Hasil visum luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan baru maupun lama. Namun untuk mengetahui penyebab kematian Herman Nenobais, lanjut Sisca, harus dilakukan pemeriksaan dalam atau otopsi. Namun pihak keluarga menolak otopsi hingga jasad Hermanus dikembalikan kepada keluarga untuk dikebumikan di kampung halamannya di Desa Noenoni.
Oktaviana Nenobais (55), anak Hermanus Nenobais mengatakan, "Akhir-akhir ini bapak selalu mengatakan, tidak mau menyusahkan saya. Anak saya hanya satu, saya tidak mau menyusahkan dia. Saya jalan-jalan, napas saya habis di mana, itu saya sudah mati. Dia juga sering mengeluh sulit bernapas. Saya sudah berkeluarga dan tinggal sendiri. Bapak dan mama saya Beci Liubana tinggal di rumah tua bersama beberapa anak saya."
Ia menjelaskan, selama ini ayahnya tidak pernah sakit. Ada pesan bahwa anaknya cuma satu, jadi dia tidak mau bikin susah dan dia mau meninggal di mana saja. "Dia hanya mengeluh susah bernapas," kata Oktaviana, anak dari Hermanus saat ditemui di TKP bersama suami dan anaknya Arnoldus Safatu, Senin (17/2/2014) malam.
Arnoldus yang sehari-hari tinggal bersama Hermanus menuturkan bahwa hari Senin siang Hermanus pamit ke kebun yang berjarak kurang lebih satu kilometer untuk mengambil tali buat atap rumah.
"Hingga sore opa belum pulang. Saya kaget ketika ada ojek datang ke rumah menceriterakan bahwa ditemukan mayat seorang kakek di jalan masuk Kantor Desa Pika. Korban mengenakan kain sarung, baju kemeja warna coklat, topi dan sebilah parang dengan tali dililit di tangan. Saya ingat, itu opa dan saya panggil mama dan bapak menuju ke sini (TKP) untuk memastikan. Ternyata betul mayat ini opa saya. Opa mulai pikun dan kadang jalan sembarang tidak ingat tempat," kata Arnol.