Abu Gunung Kelud Bisa Dijadikan Pelet
Tim peneliti UMY, menjadikan abu vulkanik dampak erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur sebagai bahan penelitian.
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tim peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menjadikan abu vulkanik dampak erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur sebagai bahan penelitian.
Abu tersebut, bakal diteliti dan diujicoba sebagai bahan pembuatan pupuk pelet yang bermanfaat menyuburkan tanah dan lahan pertanian.
"Hal itu, kami lakukan, karena abu vulkanik Gunung Kelud bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah dan lahan pertanian," kata koordinator tim peneliti yang juga pakar pertanian UMY Gunawan Budiyanto, Senin (24/2/2014).
Menurut dia, abu vulkanik Kelud lebih lembab karena bersifat higroskopis atau mudah menyerap kelembaban lingkungan.
Selain itu, kandungan mineralnya juga banyak besinya, dan kadar air yang dikandungnya dalam kondisi kering bisa mencapai 8-10 persen.
"Abu Kelud itu juga memiliki kandungan besi, mangan, silikat, aluminium, kalsium, kalium, dan fosfor. Jadi, abu itu kalau sudah menjadi pupuk, bisa menjadi cadangan jangka panjang," kata Wakil Rektor I UMY itu.
Ia mengatakan, abu vulkanik Kelud ketika sampai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi lebih halus karena menempuh jarak yang lebih jauh, yakni sekitar 300 kilometer. Selain itu, kandungan pasirnya tidak ikut terbawa angin.
"Abu vulkanik Kelud yang lebih halus itu memiliki kelebihan dibandingkan dengan abu Gunung Merapi dalam pemanfaatannya. Abu yang lebih halus itu lebih mudah untuk mengikat air," katanya.
Dengan demikian, menurut dia, waktu yang dibutuhkan untuk pengolahannya menjadi pupuk tanaman dan bahan untuk memperbaiki sifat tanah akan lebih singkat karena abu sudah terpisah dengan material lain seperti pasir.
Ia menjelaskan, abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud itu terlebih dahulu akan diteliti mengenai sebaran abunya, sifat-sifat fisika tentang teksturnya atau distribusi diameter partikel tanahnya, kemampuannya untuk menyimpan air, dan mengukur pH atau tingkat keasamannya.
"Ketika kami ukur pH-nya sekitar 5,5, sehingga tidak mengganggu tanaman. Jadi, kami berharap abu dari Kelud itu juga bisa digunakan untuk hal-hal yang berguna," katanya.