Gunung Slamet Dapatkan Satu Lagi Alat Seismik
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memasang satu alat stasiun seismik atau alat pendeteksi kegempaan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Hermawan Endra Wijonarko
TRIBUNNEWS.COM, PEMALANG - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memasang satu alat stasiun seismik atau alat pendeteksi kegempaan di daerah Bambangan, Purbalingga, untuk memantau aktivitas Gunung Api Slamet, Jawa Tengah.
"Hari ini kami sudah lakukan pemasangan satu stasiun seismik untuk pemantauan aktifitas Gunung Api Slamet," kata Kepala PVMBG, Muhammad Hendrasto, Sabtu (15/3/2014).
Gunung yang sejak empat hari lalu naik dari level Normal menjadi Waspada itu, kata Hendrasto, merupakan gunung aktif di Jawa Tengah yang mendapatkan pengamatan secara ketat dalam segala aktivitasnya.
Dengan penambahan satu alat stasiun seismik, berarti saat ini terdapat tiga alat stasiun seismik untuk memantau aktifitas Gunung Slamet, sebelumnya Pos Pemantauan Gunung Api Slamet telah memiliki tiga alat stasiun seismik. Alat itu diletakan di berbagai posisis sekitar Gunung Slamet. Seperti di Gunung Cilik, Gunung Buncis, dan di dataran tinggi Gunung Slamet, Desa Jurangmangu, Kabupaten Pemalang.
Selain menambah satu alat stasiun seismik, kata Hendrasto, pemantauan Gunung Api Slamet juga akan dilakukan dengan pemasangan alat deformasi untuk mengukur kembang kempis atau pembengkakan gunung ketika akan terjadi letusan.
"Saat ini yang sudah terpasang stasiun seismik, nanti di lokasi yang sama kami juga akan pasang alat devormasi," katanya.
Lokasi pemasangan kedua alat tersebut berada pada jarak tiga kilometer dari puncak gunug."Dari Bambangan masih dua jam perjalanan," katanya.
Dengan adanya penambahan dua alat baru diharapkan hasil pengamatan terhadap aktivitas Gunung Slamet bisa lebih tepat dan akurat.
Kondisi cuaca Gunung Slamet akhir-akhir ini masih kurang bersahabat dengan para pengamat di pos pemantaun, Desa Gambuhan, Pemalang. Sejak dinyatakan Level Waspada Pada Senin lalu, gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu senantiasa diselimuti kabut tebal hampir sepanjang hari.
Sementara itu, aktivitas kegempaan Gunung Api Slamet tercatat, Sabtu (15/3/2014) mulai pukul 06.00 sampai 12.00 WIB masih terus memuntahkan letusan abu vulkanik dengan ketinggian mencapai 900 meter. Angka itu turun dibandingkan satu hari sebelumnya yang mencapai ketinggian 1200 meter.
Peningkatan justru terjadi pada durasi letusan, satu hari sebelumnya tercatat Gunung Api Slamet setiap memuntahkan abu vulkanik atau uap air hanya berlangsung rata-rata 60-90 detik. Hari ini, durasi letusan mencapai rata 100-150 detik.
Namun, Hendrasto mengatakan, angka tersebut masih dirasa belum mengancam dan hanya akan berpengaruh pada sekitar kawah saja.
"Masih tergoling pendek hanya sekitar tiga menit, berarti abu yang dibawa tidak banyak, daerah yang ancaman pasih pada jarak dua kilometer dari kawah," ujar M Hendrasto. (*)