Perbaikan Pantura Hanya Bisa 20 Km
Kerusakan jalan di pantai utara Jawa akibat banjir tidak akan bisa diselesaikan tahun ini jika tanpa terobosan.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA - Kerusakan jalan di pantai utara Jawa akibat banjir tidak akan bisa diselesaikan tahun ini jika tanpa terobosan. Kementerian Pekerjaan Umum hanya mampu memperbaiki jalan sepanjang 20 kilometer. Akibatnya, menjelang Lebaran tahun ini jalur pantura belum mulus.
Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Adriananda, di Jakarta, Selasa (1/4/2014), memastikan perbaikan jalan di pantura sudah dimulai sejak Maret tahun ini. Meski demikian, Kementerian Pekerjaan Umum hanya mampu membangun 20 km jalan beton per tahun di jalur pantura Jawa Barat.
Sebagaimana diberitakan, adanya perbaikan jalan di jalur pantura Jabar, terutama di wilayah Subang hingga Indramayu, mengakibatkan kemacetan panjang awal pekan ini. Setiap hari terjadi antrean kendaraan lantaran sejumlah titik ditutup sementara akibat ada perbaikan jalan.
Jalur pantura wilayah Pamanukan (Subang) hingga Losarang (Indramayu) merupakan ruas jalan pantura Jabar yang kerusakannya paling parah akibat terendam banjir, Januari lalu. Pemerintah, melalui Kementerian PU, telah melakukan kontrak kerja untuk memperbaiki ruas-ruas tersebut per Maret 2014.
Titik-titik perbaikan jalan di ruas pantura Subang hingga Indramayu yang memicu kemacetan antara lain Ciasem dan Pusakanagara (Subang) serta Patrol dan Sukra (Indramayu).
”Kendalanya adalah soal manajemen lalu lintas. Sekali pengecoran, kami hanya bisa menutup 500 meter jalan, itu pun kemacetan yang ditimbulkan sudah luar biasa,” ujar Adriananda.
Artinya, pembetonan jalan di jalur pantura Jabar ini tidak akan selesai menjelang Lebaran. Diperkirakan, selama tiga bulan ini jalan beton baru terbangun sepanjang 2-3 km.
Perbaikan jalan di pantura Jabar dilakukan sepanjang 298 km dengan anggaran Rp 458 miliar. Anggaran tersebut digunakan untuk membeton jalan guna meningkatkan struktur jalan. Kebijakan pembetonan diambil dengan pertimbangan mampu menahan beban kendaraan dan muatan yang melintas setiap hari.
Perbaikan jalan dilakukan di 13 titik jalan rusak sepanjang Bekasi-Karawang-Cirebon-Losari. Adapun di 7 titik lainnya di daerah yang terdampak bencana dilakukan perbaikan untuk mengembalikan aspal ke kondisi semula. Pembetonan dan perbaikan aspal akan disesuaikan dengan kondisi tanah di setiap wilayah.
Untuk mengatasi beton retak, Kementerian PU melapisi beton dengan lapisan cement treated base (CTB). CTB adalah lapisan semen kedap air yang menahan air tanah merembes ke beton. Dengan strategi ini diharapkan usia teknis jalan bisa bertahan lama dan beton tidak retak-retak.
”Di beberapa titik di jalur pantura Jabar, penurunan muka tanah sudah ekstrem. Jalur tersebut juga sering tergenang rob. Setelah dikaji, kebijakan paling tepat adalah membangun jalan beton,” kata Adriananda.
Dari jalur sepanjang 1.300 km di pantura Jawa, yang sudah dibeton tidak sampai 300 km. Jalur beton tersebar di beberapa daerah, seperti di jalur pantura Jabar dan Jateng. Ia tak memungkiri biaya pembetonan mahal. Untuk pembetonan jalan dengan lebar 7 meter dibutuhkan biaya Rp 8 miliar per km.
Beban berat
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum Danis H Sumadilaga mengatakan, jalur pantura yang membentang dari Serang, Banten, hingga Gresik, Jawa Timur, itu rusak parah akibat bencana banjir, beban kendaraan, dan beban muatan yang melebihi batas normal. Kerusakan jalan aspal di jalur pantura itu rata-rata berlubang hingga lapisan fondasi, retak-retak, ambles, dan longsor.
Menurut Danis, ada beberapa penyebab utama kerusakan di jalur pantura, di antaranya volume kendaraan sudah melebihi kapasitas empat lajur jalan yang ada. Rasio volume dan kapasitas jalan di pantura, terutama ruas Cikampek-Cirebon, sudah melebihi angka 1 atau sudah sangat jenuh.
”Kepadatan arus lalu lintas ini memengaruhi waktu tempuh dari satu lokasi ke lokasi lain. Waktu tempuh menjadi lebih lama,” ujar Danis.
Maksimal beban kendaraan yang lewat di jalur pantura sebesar 10 ton. Jumlah tersebut dihitung dari maksimum sumbu kendaraan atau jumlah roda yang menopang kendaraan tersebut. Apabila muatan sumbu kendaraan melebihi kapasitas, faktor penyebab kerusakan jalan akan semakin meningkat.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Jabar Yuliansyah, di Cirebon, mengatakan, perbaikan jalur pantura idealnya dilakukan secara menyeluruh, yakni mulai dari fondasi. Jenis tanah aluvial yang labil mengakibatkan perbaikan jalur pantura tidak bisa dilakukan hanya di permukaan. Di sisi lain, anggaran pemerintah terbatas untuk perbaikan menyeluruh tersebut.
”Perbaikan di permukaan, misalnya dengan pelapisan aspal dan pembetonan, tidak akan bertahan lama karena struktur tanahnya labil. Perlu ada rekayasa teknis untuk mengatasi hal ini,” ungkapnya.
Ia menuturkan, perbaikan di jalur pantura memang dilakukan rutin dan sepanjang tahun karena lokasi segmen jalan yang rusak tidak selalu sama. Lokasi jalan yang diperbaiki tahun ini tidak sama dengan lokasi tahun lalu.
”Perbaikan menyeluruh dan sekaligus untuk jalan sepanjang 1.300 kilometer sulit dilakukan, mengingat jalur ini merupakan jalan utama yang menjadi penghubung Jakarta dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jalur selatan dan jalur tengah sebenarnya juga bisa dipilih, hanya saja rutenya berkelok-kelok,” kata Yuliansyah.
Problem lain adalah perbaikan menyeluruh dan sekaligus di jalur pantura memerlukan biaya besar. Anggaran pemerintah tidak mencukupi untuk melakukan perbaikan sekaligus. Di sisi lain, jalur itu sudah kelebihan beban.
”Jalur yang dirancang untuk 12.000 ton itu kini sudah dilintasi lebih dari 15.000 ton per hari. Kondisi ini tidak menguntungkan untuk struktur jalan yang fondasinya sudah labil,” ungkap Yuliansyah.
Pengelolaan khusus
Jalan pantura merupakan urat nadi perekonomian di Pulau Jawa. Jalan ini menjadi akses bagi 136 juta orang atau sekitar 60 persen penduduk di Jawa. Karena itu, penanganan tidak bisa skala biasa, tetapi perlu manajemen krisis yang ditangani oleh unit khusus dari pemerintah pusat atau kementerian.
Dalam hal ini harus dilakukan inspeksi rutin dan menyeluruh. ”Apabila jalan ditemukan retak serta berlubang kecil harus segera ditutup dan diperbaiki,” kata Purnomo, mantan Direktur Bina Teknis Bina Marga Kementerian PU.
Ia juga sepakat jika perbaikan konstruksi jalan perlu mempertimbangkan dampak kemacetan yang ditimbulkan. Penutupan sebagian jalan untuk pembetonan akan menimbulkan kemacetan parah selama berhari-hari hingga beberapa minggu. Oleh karena itu, pilihan yang tepat adalah dengan beton pracetak sehingga saat pemasangan hanya menghambat lalu lintas.