Lumpur Lapindo Menyembur, Banyak Anak Putus Sekolah
Faktor mental ikut menambah panjang daftar anak putus sekolah. Pengalaman ini setidaknya ditemui Imam Khoiri, korban lumpur asal Desa Siring.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Belum ada data baru tentang jumlah anak korban lumpur yang akhirnya putus sekolah.
Data terakhir pernah dihimpun aktivis dari Sanggar Al Faz untuk tahun ajaran 2010/2011.
Ketika itu tercatat ada 103 anak yang tidak melanjutkan sekolah.
Sanggar Al Faz adalah inisiator program Solidaritas Anak Lumpur.
Program tersebut dibuat dengan tujuan untuk menghimpun beasiswa bagi anak-anak korban lumpur yang terancam atau putus sekolah karena orang tua yang tak lagi sanggup membiayai pendidikan mereka.
“Beasiswa itu dihimpun dari donasi publik,” kata Fani Tri Jambore, aktivis Solidaritas Anak Lumpur.
Ada banyak sebab anak putus sekolah setelah lumpur Lapindo menyembur.
Ada yang dikarenakan orang tua yang tak sanggup membiayai setelah kehilangan lapangan kerja.
Juga tidak sedikit yang disebabkan lokasi relokasi sekolah yang terlalu jauh.
Faktor mental ikut menambah panjang daftar anak putus sekolah. Pengalaman ini setidaknya ditemui Imam Khoiri, korban lumpur asal Desa Siring.
Pria yang kini pindah di kecamatan Prambon tersebut, menyatakan anaknya mogok sekolah gara-gara di tempat yang baru, sering diejek temannya.
Cerita yang hampir mirip disampaikan Harwani. Korban lumpur asal Desa Siring mengungkapkan, mental anaknya sempat drop karena harus pindah sekolah.
“Anak saya yang pertama sempat males sekolah karena sering pindah-pindah sekolah,” katanya.
Beruntung, Harwani cukup sabar membesarkan hati, hingga sang anak mau melanjutkan sekolah. (idl/ben)