Korban Penyerangan di Sleman Tengah Mempersiapkan Kunjungan Jokowi ke Yogyakarta
Direktur Galang Press Julius Felicianus, menjadi korban penyerangan secara brutal di Sleman, tengah menggalang dukungan pasangan Capres Jokowi-jk
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Direktur Galang Press Julius Felicianus yang menjadi korban penyerangan secara brutal di Sleman, Yogyakarta, Kamis malam (29/5/2014) di sebut-sebut tengah giat-giatnya menggalang dukungan untuk pasangan Capres Jokowi-JK.
Beberapa minggu ini korban bersama rekan-rekannya di Yogyakarta menggelar berdiskusi dan bekerja bagaimana Jokowi bisa membangun kekuatan secara organik dalam kesadaran politik rakyat.
Ia ingin membangun kekuatan politik yang tidak lagi bersandar pada kekuatan formal Partai, tapi rakyat dibangun kesadarannya untuk membangun kekuatan sendiri secara partisipatif.
"Dan mas Julius sudah berhasil membangun gerakan-gerakan yang tumbuh dengan cepat," jelas Anton DH Nugrahanto, salah satu kawan dekat korban yang juga ikut terlibat aktif membangun diskusi kerakyatan.
Menurut Anton, korban merangkul ribuan pedagang bubur kacang hijau dengan Ki Demang sebagai pemimpinnya. Ia membangun beberapa titik kekuatan kebudayaan-kebudayaan.
"Hampir tiap minggu mengadakan diskusi-diskusi bedah buku yang berkaitan dengan pemikiran-pemikiran Sukarno. Sebagai direktur Galang Press, Mas Julius amat concern terhadap pemikiran-pemikiran Sukarno. Dia bisa dikatakan pecinta Sukarno sebuah zenith yang sulit diukur," tulis Anton.
Menurut keterangan Anton, saat peristiwa penyerangan dan penganiayaan brutal itu terjadi, korban sedang mempersiapkan kunjungan Jokowi di Yogyakarta, pada senin, 2 juni 2014. Kunjungan ini juga dibarengi momentum “Bulan Juni, Bulan Bung Karno”.
Dijelaskan, dalam momentum itu, ribuan rakyat akan mengantarkan Jokowi dari Tugu ke Keraton menemui Sinuwun. Pertemuan ini sebagai pralambang, rakyat mengantarkan Jokowi pada “Tahta Untuk Rakyat”.
“Tahta Untuk Rakyat” adalah konsepsi Kepemimpinan ayahanda Sri Sultan Hamenkubuwono X, yaitu : Sri Sultan HB IX.
Dalam “Tahta Untuk Rakyat” adalah Kekuasaan yang bekerja, bukan untuk kekuasaan pribadi, bukan kekuasaan yang menindas tapi “Kekuasaan yang membebaskan” konsep ini amat dipegang oleh Sultan HB IX sehingga rakyat Yogyakarta mencintai Sinuwun dengan amat sangat.
"Saya prihatin apa yang terjadi pada mas Julius, tapi pekerjaan ini harus jalan terus," ungkap Anton.