Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Listrik Diputus, Tak Mampu Bayar

”Kalau dibiarkan seminggu saja, rumput tumbuh meninggi. Karena itu kita harus beli bahan bakar untuk mesin pemotong. Itu pengeluaran rutin,” kata Cem

zoom-in Listrik Diputus,  Tak Mampu Bayar
Surya/erfan hazransyah
Wisma Persebaya yang kini dibiarkan merana dan tak terawat, Selasa (10/6/2014). 

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Pecinta bola Surabaya mengenal betul wisma Karang Gayam.

Inilah mes sepak bola paling legendaris di Kota Pahlawan.

Minimnya pemasukan, membuat pengelola wisma mengatur ketat pengeluaran.

Kebutuhan yang bisa ditunda, ya mereka tunda.

Honor penjaga dan pegawai wisma misalnya, sampai nunggak beberapa bulan.

Dana yang mereka miliki, dikonsentrasikan untuk belanja item-item yang tak mungkin ditunda.

Misalnya untuk bayar listrik dan perawatan rumput lapangan.

Rumput di lapangan hingga kini masih relatif terawat.
Secara rutin, karyawan wisma memotong rumput agar tidak tumbuh terlalu tebal.

”Kalau dibiarkan seminggu saja, rumput tumbuh meninggi. Karena itu kita harus beli bahan bakar untuk mesin pemotong. Itu pengeluaran rutin,” kata Cem.

Butuh biaya Rp 5 juta untuk merawat lapangan setiap bulan. Itu belum termasuk gaji karyawan.

Cem mengaku ada tunggakan gaji karyawan. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak.

Dalam waktu dekat, Cem berencana mengecat tembok dan memperbaiki bagian-bagian wisma yang rusak.

”Seperti itu kan sudah mengelupas,” katanya sembari menunjuk ke arah tembok sudut ruangan pengurus.

Sekretaris Persebaya, Suprastowo mengatakan, beberapa kali pengurus harus urunan menggunakan uang pribadi untuk menutupi kekurangan biaya operasional.

Terakhir, pada Januari lalu aliran listrik wisma diputus pihak PLN karena ada tunggakan pembayaran.

Pras, panggilannya, enggan menjabarkan besaran tunggakan itu. Untuk menghemat anggaran, pengurus wisma lebih mengutamakan kebersihan dan pengelolaan di lantai 1.

Mereka sengaja membiarkan lantai dua seperti saat ditinggalkan para pemain lantaran tidak mungkin membuka satu persatu kamar pemain.

”Di sana ada barang-barang pemain yang belum diambil. Jadi, untuk menjaga keamanannya, kami kunci,” katanya.

Saat masih dihuni pemain, pengurus harus membayar tagihan listrik sampai Rp 18 juta setiap bulan. (idl/ben)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas