Mes Rusak Terlihat Dari Luar Bangunan
Saya bingung mau bilang apa. Piala itu dulu didapat dengan perjuangan yang bahkan sampai bertaruh nyawa.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Akibat konflik dan dualime Persebaya, piala dan trofi yang menjadi simbol kejayaan Green Force berselimut debu.
Peninggalan itu seperti tak bertuan.
Konflik telah membuat kebanggaan berubah menjadi rasa pilu dan keprihatinan.
”Saya bingung mau bilang apa. Piala itu dulu didapat dengan perjuangan yang bahkan sampai bertaruh nyawa. Ada Bonek yang mati mendukung kami memperjuangkan piala-piala itu,” ujar Mursyid Effendi, kapten Persebaya di era awal 2000-an, Selasa (10/6/2014).
Kondisi mes, misalnya, tak cuma sepi karena ditinggal penghuni. Pada Januari 2014, PLN memutus sambungan listrik wisma.
Ini semakin memperburuk kondisi setelah sebelumnya saluran air PDAM juga dicabut.
Kebutuhan air di wisma kini bergantung dari air sumur.
”Kalau listrik (dicabut) itu sudah sering. Ya begitulah kondisinya,” ujar Suprastowo, Sekretaris Umum Persebaya.
Surya mengunjungi tempat itu akhir pekan lalu. Banyak yang telah berubah di sana.
Beberapa bagian gedung rusak. Setidaknya kerusakan itu bisa langsung terlihat di bagian luar bangunan.
Selain beberapa bagian dinding telah ditumbuhi lumut, kanopi di sisi barat bangunan jebol hingga berlubang.
Begitu masuk ke bangunan bagian dalam, sebuah lemari kaca yang menjulang setinggi tak kurang dari dua meter langsung menyambut pandangan.
Di dalam lemari kaca inilah, tersimpan puluhan trofi berbagai bentuk.
Trofi-trofi didapat dari berbagai kejuaraan, baik yang skala lokal maupun regional, sejak 1938 hingga 2006 saat memenangi kompetisi Divisi 1 Liga Indonesia.
Debu tebal menyelimuti tanda kejayaan Persebaya itu. Beberapa di antarnya rusak, yang lain sudah pudar warnanya.
Sela-sela trofi menjadi sarang laba-laba. Kondisi serupa juga terjadi pada trofi-trofi lainnya yang tersimpan di dua lemari kaca lain. (ben/idl)