Lupa Akan Gaji Yang Pernah Diterima
"Saya terakhir menerima gaji pada November tahun lalu (2013). Kalau tidak salah, itu gaji selama tujuh bulan," kata Ali, sekuriti Wisma Persebaya
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Siapapun yang mengaku pengurus Persebaya dan Pengcab PSSI Surabaya, patut mengangkat topi untuk karyawan yang hingga kini masih bertahan, meski tanpa kepastian harapan.
Di era Persebaya Surabaya masih bermarkas di Karanggayam, Wisma Persebaya tak pernah sepi.
Pagi, siang, maupun sore, banyak orang yang datang untuk melihat pemain Persebaya berlatih, apalagi saat ada pemain baru.
Persebaya merupakan satu-satunya tim yang ideal. Mes pemain, lapangan latihan, dan stadion home base menjadi satu kawasan, sehingga semua aktivitas Persebaya terpusat di Karanggayam.
Bahkan, ketika libur Liga Indonesia, Wisma Persebaya pun masih ramai, karena masih banyak yang ingin menyaksikan Kompetisi Internal Persebaya, yang berlaga tiap hari di Lapangan Persebaya dan Gelora 10 Nopember.
Kompetisi internal hanya libur ketika Persebaya melakoni laga home di Gelora 10 Nopember.
Suasana makin marak, tim-tim binaan Persebaya bertambah, seperti Surabaya Muda, Persebaya U-21, Persebaya U-18, Persebaya U-15, dan tim binaan lainnya. Namun, saat ini semua itu tinggal memori sukses.
Saat ini, dari sekitar 30 karyawan di Wisma Persebaya, hanya tersisa delapan karyawan, terdiri dari tiga sekuriti, tiga kesekretariatan, dan dua pekerja lapangan Persebaya.
Delapan orang inilah yang menghiasi hari-hari Wisma Persebaya. Mereka setia meski gaji yang ditunggu-tunggu setiap bulan, hanya diganti harapan.
Tahun ini saja, telah tujuh bulan mereka tidak dibayar. Padahal, gaji mereka jauh dari UMK Surabaya.
Ketika konflik terjadi, dalam setahun, mereka hanya dibayar satu kali.
"Saya terakhir menerima gaji pada November tahun lalu (2013). Kalau tidak salah, itu gaji selama tujuh bulan," kata Ali, sekuriti Wisma Persebaya. (ook)