TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA -Ryan Rizaldi Kohonussa memang lebih menonjol dibandingkan teman seusia di tim.

Dia berhasil menembus tim utama TEO di usia 17 tahun.

Tahun ini, dia dipanggil seleksi Pra-PON, namun gagal karena kalah bersaing dengan pemain berusia di atasnya. Tahun depan, dia bertekad lolos seleksi.

Sebelumnya, dia masuk tim Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda). Hanya saja, Popda gagal digelar karena alasan yang tidak diketahuinya.

“Keburu lulus sekolah jadi otomatis tidak bisa ikut Popda,” ujarnya remaja berdarah Ambon itu sembari tertawa.

Cerita lain meluncur dari mulut Alfath Dwiangga, rekan setim Ryan. Nama besar Persebaya, tidak begitu menggiurkan baginya.

Remaja kelahiran Pangkal Pinang itu tidak tertarik bergabung dengan Persebaya yang tidak jelas kondisinya.

Meskipun dia berlatih di tim internal Persebaya, Alfath memilih mengalihkan mimpinya menjadi pemain Persib Bandung.

Di tim itu saat ini ada mantan pemain Persebaya, yakni Mochamad Taufik. “Aku ingin berkarir di Persib saja,” ujarnya.

Alfath bukan pemain muda sembarangan. Pada 2010, dia berhasil menyisihkan ribuan anak-anak di berbagai kota di Indonesia untuk merebut satu tempat menjajal "20th Arsenal International Soccer Festival" di The Royal Holloway University Surrey, Inggris 31 Juli - 8 Agustus.

“Nanti kalau sudah jadi pemain profesional, sebenarnya tidak bisa memilih-milih tim. Saya ikuti saja nanti mau ke mana,” tutur remaja 17 tahun yang bergabung dengan SSB Sosial sejak 2003 itu.

Satu persatu pemain muda potensial hengkang ke tim di luar Persebaya. Karanggayam masih melahirkan pemain berbakat. Tetapi, kini bukan untuk Persebaya. (idl)