Kampus Widya Dharma Kotamobagu Disegel
Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya Dharma Kotamobagu berunjuk rasa, Selasa (17/6/2014).
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Manado, Edi Sukasah
TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya Dharma Kotamobagu berunjuk rasa, Selasa (17/6/2014). Mereka menuntut yayasan dan pemilik tanah kampus segera menyelesaikan perselisihan di antara keduanya.
"Sudah dua hari kampus ini ditutup sehingga kami tidak bisa kuliah. Padahal saat ini sedang ada mid test.
Kembalikan hak-hak kami untuk mendapatkan pendidikan," ujar Ketua Senat Mahasiswa STIE Widya Dharma, Ali Mayaan.
Dia mengharapkan pihak yayasan dan pemilik lahan dapat mempertanggungjawabkan akibat perseteruan.
"Tidak ada mahasiswa yang menunggak SPP atau pun uang bangunan. Uang yang kami bayarkan itu bukan uang yayasan, tapi hasil peluh dan keringat orangtua kami," katanya.
Selain membentangkan spanduk berisi protes, mahasiswa juga membakar ban bekas pada aksi yang berlangsung sejak pukul 11.00 Wita itu. Asap membumbung di pelataran Kampus STIE Widya Dharma yang berada di Jalan Kampus itu. Mereka juga mencorat-coret dinding.
Demonstrasi ini mendapatkan pengawalan ketat dari Polres Bolaang Mongondow (Bolmong). Beberapa personel bersenjata lengkap juga tampak turun. Bahkan, Polres Bolmong juga menurunkan satu unit Kendaraan AWC.
"Kami akan terus berdemo, bahkan akan melibatkan lebih banyak lagi mahasiswa, jika masalah ini terus berlarut-larut. Perseteruan tersebut merugikan kami," kata Ali menambahkan.
Sri Lasabuda dan Fatma Gumalangit Mahasiswi semester IV jurusan Manajemen itu mengatakan, pintu masuk ruangan kuliah telah disegel. Namun, mereka mengaku belum tahu siapa yang melakukan penyegelan pintu ruangan-ruangan.
"Kita juga tak tahu siapa yang menyegel. Yang jelas sejak Senin pintu ruangan sudah tersegel," kata Sri.
Ketua STIE Widya Dharma Kotamobagu, Farida Lasabuda, mengatakan adalah hal wajar protes yang dilancarkan oleh para mahasiswa.
"Anak-anak punya hak bertanya. Mereka sudah membayar biaya pendidikan," kata Farida.
Sebagai pengelola, Farida mengaku sudah bertanya kepada yayasan.
"Saya sebagai ketua, saya juga bertanya ke mana anak-anak kalau ditutup. Anak-anak saya harus selesai," kata dia lagi.