Terpapar Flu Burung, Puluhan Ayam Bangkok Dibakar
Dugaan penyakit pada unggas yang disebabkan virus H5N1 itu bermula dari kematian mendadak ayam bangkok milik warga Sampana.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Manado, Edi Sukasah
TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Flu Burung kembali mengancam Kotamobagu. Dugaan penyakit pada unggas yang disebabkan virus H5N1 itu bermula dari kematian mendadak ayam bangkok milik warga Sampana, Tuntje Dolo. Dinas Peternakan pun ambil langkah cepat.
Tunthe Dolo hanya bisa pasrah saat 60 ayam bangkok kesayangannya dibakar dalam lubang, Sabtu (14/6/2014) lalu. Ayam-ayam tersebut diduga telah terkena virus H5N1 atau lebih dikenal dengan nama flu burung.
"Dari pada terjangkit ke ayam-ayam orang lain, ya, lebih baik dimusnahkan," ujar Tuntje dengan nada suara pelan, Senin (16/6/2014).
Mulanya, lima ekor ayam miliknya tiba-tiba mati mendadak. Namun berturut beberapa ekor ayam kemudian mati. Jumlah ayam yang mati secara mendadak miliknya sebanyak 20 ekor.
"Ayam-ayam tersebut seperti terkena pukulan kemudian tiba-tiba mati," dia menjelaskan.
Selain mengeluarkan lendir dari kerongkongannya, jengger ayam-ayam yang mati tersebut berwarna merah hangus seperti terbakar. Tuntje kemudian menghubungi Dinas Pertanian Perikanan Peternakan Perkebunan dan Kehutanan (DP4K) Kotamobagu.
Dia tak memungkiri rasa sayangnya terhadap peliharaannya tersebut. Apalagi, ayam-ayam bangkok miliknya tersebut harganya tinggi. Tuntje mengatakan, harga seekor anak ayam bangkok sudah mencapai ratusan ribu rupiah.
"Saya tak mau menghitung-hitung. Tapi pernah saya jual satu ekor ayam bangkok sampai Rp 6 juta. Sekarang, memang tak ada sama sekali di kandang," kata Tuntje.
Setelah menerima laporan Tuntje, DP4K kemudian mengambil sampel dari dua ayam. Satu ayam yang mati, satu lagi dari ayam yang masih hidup. Hasil tes cepat atau rapid test, ayam-ayam tersebut positif terpapar virus H5N1.
Selain memusnahkan 60 ayam milik Tuntje, DP4K juga menyemprotkan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus flu burung. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Sulawesi Utara (Sulut) menurunkan Unit Respon Cepat Penanganan Hewan Menular Startegis (URCPHMS) ke Kotamobagu untuk kembali sampel dari unggas.
Kepala Seksi Pengendalian Pengembangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Kotamobagu, Abdul Manap Pudul, mengapresiasi langkah Tuntje.
"Dia rela ayam-ayam peliharaannya dimusnahkan. Itu langkah yang positif," kata Manap.