Lebih dari 80 Orang di Tanjabbar Mengidap HIV/AIDS
Sebagai pimpinan organisasi yang aktif melakukan advokasi pencegahan HIV/AIDS, Hery mengaku praktik ini masih sangat marak.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, KUALA TUNGKAL - Praktik prostitusi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) masih menjadi masalah serius harus ditekan oleh seluruh pihak. Terutama selama Ramadan semua pihak harus mengantisipasi praktik tersebut, jangan sampai kesucian Ramadan dinodai.
"Hal ini bisa dilakukan dengan razia ke lokasi-lokasi yang selama ini diketahui sebagai sarang praktik prostitusi," kata Ketua GP Ansor Tanjab Barat, Suhery Abdullah kepada Tribun Jambi (Tribunnews.com Network), Jumat (4/7/2014).
Sangat disayangkan komitmen bersama yang pernah dibuat oleh berbagai instansi beberapa waktu lalu, sejauh ini seolah jalan di tempat, alias tanpa realisasi signifikan.
"Dulu waktu hangat-hangat berita masalah prostitusi pelajar, semua instansi bikin komitmen untuk memberantas, baik pemerintah maupun penegak hukum. Tapi sekarang faktanya tidak ada, sekarang malah diam," singgung Hery.
Sebagai pimpinan organisasi yang aktif melakukan advokasi pencegahan HIV/AIDS, Hery mengaku praktik ini masih sangat marak.
Kekhawatiran atas efek negatif yang muncul pun menyeruak. Menurutnya dari data terakhir didapat, lebih dari 80 orang warga Tanjabbar terserang HIV/AIDS, beberapa di antaranya meninggal dunia. Kalau tidak ada penekanan, bukan tak mungkin virus mematikan ini tersebar semakin luas.
"80 orang lebih itu yang berhasil didata, berapa banyak yang takut ikut VCT sehingga tak terdata, artinya bisa jadi sekarang pengidap HIV di Tanjabbar lebih dari 80 orang," terang dia.
Selain harus intens melakukan penekanan secara taktis, secara strategis, Pemkab menurutnya harus mulai memberdayakan kiai di kampung-kampung, untuk aktif melakukan pendidikan moral kepada anak-anak. Karena di sanalah langkah awal untuk menciptakan karakter bermoral bagi anak-anak.
"Sekarang praktik ini sudah menyebar ke kalangan pelajar. Dan kita ketahui di pendidikan umum, hanya berapa persen menaungi masalah pendidikan moral, tidak signifikan. Karena itu penting untuk memberdayakan kiai di lingkungan warga," paparnya.
Himpunan Alumni Pesantren (HIMAP), menurutnya bisa digunakan untuk memulai lagi budaya pendidikan madrasah di tengah-tengah masyarakat.
"Sekarang pendidikan madrasah atau pengajian dalam wadah Remaja Islam Masjid (Risma) kan redup, karena kurang disentuh oleh pemerintah. Nah sekarang dalam kondisi yang emergency pemerintah harus cepat turun tangan," Hery Abdullah. (zha)