Korban Kerusuhan Dolly Empat Hari Tak Bisa Buang Air Besar
Menurut koordinator tim advokasi Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Anisa, terdapat tujuh warga yang hingga hari keempat masih menderita sakit
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Warga Dolly yang menjadi korban dampak kerusuhan di Dolly dan Jarak saat pemasangan pelat bebas prostitusi oleh Pemkot Surabaya, Minggu (27/7/2014) lalu, berencana melaporkan tindak kekerasan oleh polisi dan TNI ke Komnas HAM dan Mabes Polri.
Menurut koordinator tim advokasi Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Anisa, terdapat tujuh warga yang hingga hari keempat masih menderita sakit akibat kerusahan tersebut.
"Kami sangat menyayangkan apa yang terjadi saat itu. Kami akan melaporkan kejadian ini," katanya, Rabu (30/7/2014).
Anisa menambahkan tujuh warga tersebut tidak mengerti apa-apa, namun menjadi korban aksi kekerasan yang dilakukan oleh polisi dan TNI.
"Ada yang luka di wajah, perut, bibir, dan bagian tubuh lainnya. Padahal mereka itu warga yang tidak mengerti apa-apa. Bahkan juga ada korban yang masih SMA," tambahnya.
Menurut Anisa pihaknya mendirikan posko pengaduan, untuk warga yang menjadi korban kekerasan oleh aparat.
”Saat ini baru tujuh yang telah melapor pada kami. Saya yakin masih banyak korban lainnya,” kata Anisa.
Dia menyakinkan sejak awal pihaknya warga telah menolak didirikannya pelat bebas prostitusi oleh Pemkot di Dolly. Namun Pemkot tetap memaksa sehingga akhirnya polisi dan TNI harus bentrok dengan warga. Akibatnya banyak warga yang menjadi korban akibat bentrokan tersebut.
Seorang korban bernama Eko Nurbasuki (40), warga Putat mengaku hingga kini dirinya susah buang air besar, akibat menderita di perutnya.
”Ini karena saya mendapat pukulan dan tendangan di perut, sampai saat ini saya susah buang air besar,” akunya.
Eko mengaku tidak mengerti apa-apa soal Dolly. Saat kejadian, dia sedang membeli air mineral. Tiba-tiba terdapat aksi demonstrasi. Pria yang bekerja sebagai tukang bangunan itu pun melihat kejadian tersebut.
”Tiba-tiba saya ditarik, dipukul, dan ditendang,” kata Eko.
Oleh dokter, Eko harus dirontgen karena diduga mengalami gangguan lambung. Tidak hanya Eko, korban lainnya, Kristian Sanjaya (18) warga setempat mengalami memar di bagian wajah. HIngga kini Bahkan masih terdapat bekas alas sepatu di wajah pelajar kelas 12 SMA itu.
”Wajah saya ditendang, dan tubuh saya dipukul pakai tongkat,” kata Kristian.
Kristian pun juga harus menjalani pemeriksaan di Polrestabes Surabaya bersama 23 orang lainnya.
Saat kerusuhan polisi menangkap 23 orang yang terlibat kerusuhan. Dari 23 orang tersebut akhirnya saat ini hanya menyisakan empat orang yakni Subekiyanto (49), Kanan (45), Kusnadi (40), serta pentolan FPL Sungkono Ari Saputo alias Pokemon (34).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.