Petani Sulut Senang Harga Cengkih Rp 150 Ribu Per Kilogram
Harga cengkih naik, menurut Joppy yang didampingi istrinya Henny Kamasi, sejak kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, TONDANO - Joppy Rumagit, petani cengkih asal Tondano, Minahasa, pernah tak memetik cengkihnya saat harga emas cokelat itu anjlok. Saat itu per kilogram cengkih kering hanya Rp 2 ribu.
"Dulu sampai menyentuh Rp 2 ribu. Buahnya banyak tapi hanya dibiarkan. Mau dapat apa, baru sewa orang kerja melebihi itu," ungkapnya kepada Tribun Manado (Tribunnews.com Network), Jumat (1/8/2014).
Harga cengkih naik, menurut Joppy yang didampingi istrinya Henny Kamasi, sejak kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
"Gus Dur yang naikkan cengkih. Sebelum itu, harganya murah sekali. Tapi setelah itu naik turun lagi," ujarnya.
Saat panen, Joppy dan istri, langsung menjual cengkih mereka. Tak seperti warga lain yang menyimpannya dulu, menunggu harga naik baru dijual.
"Kalau petani kaya mereka menyimpan dulu, saat dijual mereka semakin kaya. Kalau kami, mau makan apa. Langsung dijual untuk belanja isi dapur," tutur Joppy.
Sebentar lagi, pasangan suami istri ini segera memetik cengkih. Mereka memiliki 200 pohon yang bisa menghasilkan sekitar 1.500 liter cengkih mentah. Mereka pernah memanen sebanyak 3.000 liter saat buahnya melimpah, namun saat anjlok, hanya bisa 600 liter mentah.
"Nanti kami akan panen sekitar 1.500 liter. Lumayan, itu hasil rata-rata," ungkap Joppy.
Lima liter cengkih mentah, menurut Joppy, bisa menghasilkan satu kilogram cengkih mentah. Saat panas, mereka menjemurnya paling lama empat hari. Namun jika hujan, bisa sampai seminggu lebih.
"Nanti pas petik, cuaca sekarang pas-pas," katanya.
Joppy bersyukur, harga cengkih sekarang yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Harganya saat ini menyentuh Rp 150 ribu per kilogram yang menurutnya tinggi.
"Sekarang cengkih mahal bisa bawa keuntungan banyak. Tapi sering saat cengkih habis, harganya baru naik. Itu tinggal permainan pasar, mereka sengaja melakukan itu," ujar Joppy.
Sekarang, musim cengkih tak tentu. Menurut mereka akibat perubahan iklim. Tak seperti sebelumnya yang selalu pasti musimnya.
"Sekarang tak tentu. Kalau ada, ya petik. Kalau tidak, ya menunggu," kata dia.(fin)