Mengais Rezeki dari Limbah 'Sampah'
Aneka barang buangan ternyata mampu menghidupi banyak orang yang kreatif dan inovatif
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, TOMOHON - Jangan pernah meremehkan sampah. Aneka barang buangan tersebut ternyata mampu menghidupi banyak orang yang kreatif dan inovatif. Satu di antaranya dari Kota Tomohon yang saat ini menggelar Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2014.
Sepintas dari kejauhan, semua barang yang dipajang di stan pameran Kementerian Pariwisata adalah barang-barang yang dibuat dengan bahan yang mahal. Dari luar stan barang-barang itu tampak sangat indah. Namun, siapa sangka ternyata setelah dilihat lebih dekat, barang-barang tersebut dihasilkan dari limbah atau sampah yang sudah tak digunakan oleh masyarakat umumnya.
"Saya membuatnya dari limbah dan sampah yang dibuang oleh masyarakat di tempat pembuangan akhir sampah di Tara-tara. Sudah sejak akhir tahun 2013 lalu saya mulai merintis produk yang terbuat dari sampah, terutama plastik-plastik yang dibuang dan tak digunakan lagi oleh masyarakat," ujar Christ Maengkom (60), warga Kelurahan Kakaskasen II Lingkungan VII, Sabtu (9/8/2014).
Kendati sempat diguyur hujan dan dihadapkan pada suhu udara Kota Tomohon yang begitu dingin pada malam hari, Christ tampak tetap semangat dan tersenyum. Itu karena semua produk yang dibuat dengan tangannya sendiri dan dipajang pada pameran selama tiga hari terakhir, menarik minat banyak pengunjung untuk melihatnya.
Ratusan orang mulai dari masyarakat Tomohon hingga turis mancanegara setiap hari ke luar masuk di stan berukuran 5x10 meter itu. Mereka mengabadikan diri dan momen pada produk yang dibuat Christ. Bahkan ada juga yang memesan dan membeli sebagai oleh-oleh bagi sanak saudara di luar daerah.
"Semua bahan untuk membuat produk ini tak ada yang saya beli, semuanya berasal dari limbah. Namun, mendatangkan nilai ekonomis sangat tinggi ketika dijadikan produk seperti ini," jelas suami dari June Rampen tersebut.
Ada beragam produk yang dipajang oleh Christ pada pameran yang dipusatkan di Lapangan Ex Rindam Tomohon. Mulai dari tempat pena yang terbuat dari bambu dengan harga Rp 30 ribu, bunga yang terbuat dari botol plastik bekas minuman karbonasi dan sejenisnya dengan harga mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 125 ribu, lampu cantik yang terbuat dari bekas payung rusak dengan harga Rp 150 ribu, kapal kecil berbahan bambu dengan harga Rp 1,5 juta, hingga hiasan lampu lengkap dengan bunga plastik dengan harga mencapai Rp 15 juta.
"Total ada sekitar 1.500 jenis yang sudah saya buat, dan sudah ada yang membelinya karena bentuknya sangat unik dan menarik, lain daripada yang lain," ungkapnya.
Gelaran TIFF 2014, menurutnya, memang memberi dampak yang sangat luar biasa bagi pengembangan usahanya. Sebab, kata Christ lewat pameran produk potensi Kota Tomohon, semua kerajinan yang dihasilkannya lebih dikenal masyarakat luas, termasuk para turis. Bahkan, ada yang sudah memesan untuk dibeli dan diambil di galeri Chrisma Bamboo Craft di rumahnya.
"Jadi, tidak semua limbah dan sampah yang dibuang itu tidak bermanfaat. Jika kreatif, hasilnya akan bernilai ekonomis tinggi seperti ini. Yang penting kita mau melakukannya," tegas Christ.
Pada 2008 silam pada pameran di kegiatan yang sama, Christ pernah mencoba memamerkan bunga hidup. Namun, tidak banyak diminati akibat sudah banyak dimiliki warga di rumah. Maka ia mulai merintis usaha membuat kerajinan dari limbah dan sampah, termasuk dari bambu sisa pembuatan pagar masyarakat.
"Kerajinan ini terus saya kembangkan, karena terinspirasi dengan Bali. Sebagai daerah tujuan wisata, Tomohon mesti memiliki souvenir khas yang dibuat anak daerah, agar ada kenang-kenangan bagi turis yang berkunjung ke sini, mengingat Tomohon begitu potensial sebagai daerah tujuan wisata dunia," terangnya. (warstefabisada)