Dihantam Banjir Bandang Sekitar 6 KK di Desa Mengkang Mengungsi
Enam kepala keluarga di Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) mengungsi
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM., LOLAK - Enam kepala keluarga (KK) di Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) mengungsi akibat rumah mereka dihantam banjir bandang sejak Selasa (12/8/2014). Sebanyak tiga rumah hanyut dan delapan lainnya rusak berat pada musibah di desa kecil yang didiami 55 KK tersebut.
Bukan hanya Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan, masih ada Desa Tanoyan Utara yang mengalami hal serupa. Sementara di enam kecamatan yang berada di Dumoga, tujuh desa dan satu kelurahan yang terkena banjir. Data dari BPBD Bolmong, total 575 rumah terendam.
Desa Mengkang merupakan daerah yang paling parah terkena dampak banjir. Lapangan Molobayan yang berada di tengah kampung menjadi seperti danau kecil. Sebagian tanah di dekat lapangan itu amblas. Suara air masih bergemuruh dan jatuh di antara tanah yang amblas laiknya air terjun.
Siti Saadiah, warga Mengkang, tampak mengais-ngais barang yang masih bisa dimanfaatkan di antara puing rumahnya yang hanyut tersapu banjir. Sementara itu, mata Moyatu Golo (52), berlinang saat menceritakan detik-detik rumahnya ambruk dan kemudian hanyut tersapu air bah yang menerjang Desa Mengkang.
"Saya langsung ke luar rumah saat beberapa tetangga berteriak memperingatkan saya masih berada di dalam rumah. Beberapa saat setelah keluar, rumah saya langsung ambruk diterjang air dan kemudian hanyut," kata Moyatu, Rabu kemarin.
Pria berperawakan kurus namun kekar ini mengatakan, hujan keras terjadi sejak Senin sore. Air mulai masuk ke rumah sekitar pukul 02.00 Wita. Saat itu, dia bersama lima anggota keluarganya lainnya sedang terlelap tidur. Ia pun langsung terbangun dan membereskan barang hingga pagi menjelang.
Air semakin tinggi. Arusnya pun kian deras. Istri dan empat anaknya segera ke luar rumah, sementara Moyatu masih berusaha menyelamatkan barang. "Arus air begitu kuat. Alhamdulillah, saya masih bisa keluar rumah sesaat sebelum air menghanyutkannya," kata Moyatu.
Bukan hanya rumahnya saja yang saat itu tersapu banjir. Dua rumah tetangganya, milik Keluarga Sudomo Tompunu dan Lengan Limbadadi pun mengalami hal serupa. Lengang pun ke luar rumahnya hanya beberapa saat sebelum roboh. "Warga bahkan terpaksa melempar batu ke dekat dirinya (Lengang) untuk mengingatkan," Moyatu menambahkan.
Pada saat hampir bersamaan, puluhan warga Desa Mengkang, tampak bergotong royong memindahkan sejumlah rumah yang berdekatan dengan areal tanah amblas. Rumah-rumah tersebut mereka gotong melintasi lapangan. Puluhan warga itu harus melintasi air yang arusnya deras.
Di seberang Lapangan Molobayan, Inontat Modeong (54), tampak sibuk beres-beres rumahnya. Istri Sangadi Desa Mengkang ini mengatakan baru kali desa ini terkena dampak yang hebat. Banjir memang biasa terjadi, namun itu pun bila hujan keras terjadi setelah beberapa hari.
Inontat mengatakan, banjir tersebut terjadi karena luapan sungai yang berada di belakang Desa Mengkang. "Sebenarnya, ada dua cabang sungai dari hulu. Namun, air hanya masuk ke satu anak sungai karena yang satunya terhalang oleh pepohonan. Jadinya, sungai tak bisa lagi menampung air," kata dia.
Mengkang bukan kali ini saja terkena banjir. Tahun 2006, lanjut Inontat, Mengkang dilanda banjir. Namun, dia menyebutkan, dampak banjir kali ini merupakan yang terparah. Sebanyak 20 KK atau lebih sepertiga warga desa itu pun terpaksa mengungsi. Sebagian besa tinggal di bangunan SD Mengkang. Sebagian lagi tingga di Balai Desa. Namun ada juga warga yang meninggalkan kampung dan tinggal di sanak saudaranya yang berada di daerah lain.
Terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolmong, Sukoyo Ani, mengatakan, kerugian akibat banjir yang menerjang di sejumlah wilayah Bolmong ini ditaksir capai Rp 1 miliar lebih. Selain rumah yang terendam, lahan pertanian juga mengalami kerusakan,
Sukoyo mengatakan lahan perswahan di desa dan kelurahan yang rusak berat akibat terjangan banjir, sekita 2.5 hektar. Pihaknya pun masih melakukan pendataan. "Untuk jumlah hewan ternak yang mati akibat banjir belum bisa kami sebutkan karena masih d alam pendataan," kata Sukoyo.
Butuh bantuan
Para korban bencana banjir Desa Mengkang belum tersentuh bantuan pemerintah. Padahal, mereka sangat membutuhkan bahan makanan dan juga barang-barang pokok lainya. Mereka hanya mengandalkan bantuan dari sesama warga saja.
"Untuk makan saja sulit. Bagaimana mungkin bisa memasak, beras semuanya hanyut terbawa air," ujar Moyatu kemarin.
Bahkan, beberapa warga yang terkena dampak banjir memilih untuk mengungsi kepada sanak keluarganya. Di SD Mengkang yang menjadi tempat mengungsi, hanya tampak tumpukan barang-barang milik warga yang basah.
"Tetangga saya, Lengang, bahkan tak ada barang yang tersisa kecuali baju di badanya," Moyatu menambahkan.
Kepala Seksi (Kasi) Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolmong, Sukoyo Ani, mengatakan, pihaknya sedang menyalurkan bantuan yang dibutuhkan warga korban banjir. "Makanan, selimut, dan obat-obatan sementara kita salurkan," kata Sukoyo.
Sementara itu, Inotat Modeong (54), warga Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan, tak menyembunyikan kekecewaannya terhadap Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow. Menurutnya, banjir bandang tersebut bisa diminilisir bila sungai terpelihara baik.
"Kami sudah meminta pembangunan talud. Namun sampai saat ini belum ada tinddaklanjut. Sudah berapa banyak yang melakukan survei, kemudian memantau sungai, tapi tak pernah ada talud itu," kata Inotat.
Dia memperkirakan, air tak akan menerjang Desa Mengkang, bila air dari hulu lancar masuk ke percabangan anak sungai. Saat ini, air dari hulu kini hanya masuk ke satu anak sungai saja karena satunya lagi terhalang. Air pun meluap. Hal tersebt diperparah karena tidak adanya talud. (suk)