Pertamina : Konsumsi Premium Jatim Sudah Lebihi Pagu
Prinsipnya kami memastikan BBM tetap selalu tersedia di SPBU, jika SPBU kehabisan Premium atau Solar, masyarakat masih mempunyai pilihan BBM lain yait
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Warga Jawa Timur belakangan ini resah dengan kelangkaan BBM terutama jenis Oremioum dan Solar.
Assistant Manager External Relation Pertamina Marketing Operation Region V Jawa Timur Heppy Wulansari menyatakan, sebenarnya tidak ada kondisi yang perlu dikhawatirkan.
Yang teerjadi saat ini, hanyalah pengaturan ulang kuota harian dari Pertamina.
Pasalnya, dalam APBN, perubahan subsidi BBM turun dari 48 juta KL menjadi 46 juta KL.
“Pengaturan ini agar BBM bersubsidi cukup hingga akhir tahun. Saya pikir, masyarakat terlalu panik menyikapinya, sehingga jadi ramai. Padahal, dalam pengamatan kami, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Heppy, dihubungi Senin (25/8/2014).
Heppy menyebut, pengaturan kuota harian BBM bersubsidi sudah dilakukan sejak 18 Agustus lalu.
Terlebih di Jawa Timur, konsumsi premium periode Januari-Juli sudah melebihi pagu sebanyak 3,8 persen, dan solar melebihi 3,9 persen.
Untuk menghindari penimbunan oleh oknum dan antisipasi rush di SPBU, lanjut heppy, Pertamina kembali kembali menegaskan kepada seluruh SPBU untuk tidak melayani pembelian BBM Subsidi dengan jerigen, tanpa rekomendasi dari SKPD sebagaimana diatur pada Perpres no.15 tahun 2012.
Untuk menjamin ketersediaan BBM di masyarakat, Pertamina menyediakan BBM non subsidi yang meliputi Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Solar non subsidi.
“Prinsipnya kami memastikan BBM tetap selalu tersedia di SPBU, jika SPBU kehabisan Premium atau Solar, masyarakat masih mempunyai pilihan BBM lain yaitu BBM Non subsidi yang tersedia dalam jumlah yang cukup di SPBU,” tutup Heppy.
Terpisah, melalui surat elektronik, Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir, mengatakan, APBN-P 2014 telah menggariskan kuota BBM bersubsidi tidak boleh melampaui kuota yang telah ditetapkan.
Dengan kondisi tersebut maka hanya ada dua pilihan. Yakni, pertama, menyalurkan BBM bersubsidi secara normal dengan konsekuensi kuota BBM bersubsidi habis sebelum akhir tahun, yaitu pertengahan November untuk Solar, dan pertengahan Desember untuk Premium
“Dan selanjutnya, masyarakat harus membeli BBM non subsidi hingga akhir tahun. Sementara Pilihan lainnya adalah mengatur volume penyaluran setiap harinya sehingga kuota BBM bersubsidi bisa cukup hingga akhir tahun,” ujar Ali.