"Tarif Listrik Sudah Naik, Sekarang Elpiji, Kami Keberatan"
Kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 kilogram mendapatkan tanggapan beragam dari pelaku usaha di Gunungkidul.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Reporter Tribun jogja, Hari Susmayanti
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 kilogram mendapatkan tanggapan beragam dari pelaku usaha di Gunungkidul.
Ada yang menolak kenaikan tersebut dan ada juga yang mendukung dengan alasan mengurangi kerugian Pertamina.
Salah seorang pelaku usaha laundry di Dusun Tegalsari, Siraman, Erwin Hidayat, kenaikan harga elpiji yang sebelumnya hanya Rp105 ribu menjadi Rp 125 ribu sangat memberatkan. Sebab, sebelumnya, tarif listrik sudah mengalami kenaikan.
"Tarif listriknya sudah naik, sekarang ditambah gas elpiji yang naik. Kami tentu saja sangat keberatan dengan kenaikan itu," katanya, Rabu (10/9/2014).
Erwin mengaku, selama ini dirinya menggunakan gas elpiji ukuran 12 kilogram untuk mengeringkan baju milik pelanggannya.
Dengan kenaikan ini, otomatis biaya operasional usahanya akan membengkak. Untuk itu, dirinya berencana mengganti gas elpiji ukuran 12 kilogram ke 3 kilogram yang lebih murah.
"Sekarang pakai yang 3 kilogram. Katanya yang ukuran 12 kilogram juga sulit dicari,' ucapnya.
Tanggapan berbeda disampaikan oleh Elisabet Oriza Puspitasari. Pengusaha bakery ini mengaku bisa memahami keputusan pemerintah menaikkan harga gas elpiji ukuran 12 kilogram. Dengan menaikkan harga, Pertamina bisa memperkecil kerugian.
“Aku berfikir secara makro saja. Kalau harga naik, pasti kerugian Pertamina akan menurun," ucapnya.
Untuk menyiasati kenaikan harga elpiji ini, Oriza mengaku berencana menaikan harga jual produk makanan yang dibuatnya. Dengan begitu, biaya produksi bisa ditutupi sehingga tidak mengalami kerugian.
"Aku sekarang belum naikkan harga, tapi kalau nanti harga bahan baku sudah naik, harganya pasti aku naikan juga," ucapnya.(has)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.