Menjadi Mukimin, Roisuddin Tak Pernah Pasang Tarif
“Pengalaman badal haji berawal dari menghajikan almarhum mbah saya. Tujuh tahun kemudian baru orang tua,” ungkap bapak satu anak itu.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Menjadi mukimin di Makkah bagi Roisuddin Bakri menjadi berkah tersendiri. Baginya, Makkah membawa rezeki sekaligus beribadah.
Dekat dengan Sang Khalik, juga sekaligus menghidupi keluarga kecilnya.
Sejak 1999 Rois, begitu dia disapa, memilih menetap di Makkah. Belajar dan memperdalam agama menjadi tujuan utamanya.
Dia berguru di DR Syeikh Muhammad Ismail, tokoh agama terkemuka di Arab Saudi. Pria kelahiran Malang itu lantas banyak mengenal mukimin lain yang berasal dari berbagai latar belakang.
Di sela-sela aktifitasnya, Rois rajin membantu para jemaah haji dan umrah asal Indonesia.
Dia menjadi relawan bagi jemaah yang ingin mengenal lebih dekat kota Makkah. Rois tentu paham betul sejarah dan lokasi yang menjadi bagian dari perkembangan Islam.
Setelah menunaikan ibadah haji, Rois berniat menghajikan kakeknya yang telah meninggal.
“Pengalaman badal haji berawal dari menghajikan almarhum mbah saya. Tujuh tahun kemudian baru orang tua,” ungkap bapak satu anak itu.
Rois mulai membadalkan orang di luar keluarganya hanya ketika ada orang yang benar-benar membutuhkan.
Itu pun tidak pernah dia mencari. Kebanyakan permintaan itu datang dari teman-temannya sesama santri atau petugas KBIH yang dikenalnya.
“Prinsip badal haji itu ibadah. Jadi saya tidak pernah mencari apalagi sampai pasang tarif. Kalau ada orang yang meminta bantuan (badal), itu lebih karena jodoh dan rezeki,” ujarnya.(miftah farid)