Akibat Musim Kemarau Getah Karet Sulit Keluar
Dengan curah hujan sedikit, getah karet sulit keluar dari batangnya sehingga semakin menyulitkan petani.
Editor: Budi Prasetyo
Akibat Musim Kemarau Getah Karet Sulit Keluar
TRIBUNNEWS.COM.PALEMBANG -- Rendahnya harga karet dibawah harga beras yang mencapai Rp 7 ribu per kilogram diperparah dengan semakin sedikitnya getah akibat pengaruh musim kemarau. Dengan curah hujan sedikit, getah karet sulit keluar dari batangnya sehingga semakin menyulitkan petani.
"Saya sudah lama tidak menyadap karet. Lebih baik menjadi pengepul ikan dan saya jual ke pasar. Mau ke kebun hanya menghabiskan tenaga dengan harga karet yang tidak seberapa. Banyak teman saya menjual kebonnya, dari harga normal Rp 150 juta per hektare, jadi Rp 35 juta," kata Suadi warga Kasamaran, Kecamatan Babattoman, Kabupaten Musi Banyuasin.
Di Muba, saat ini harga karet berada di kisaran Rp 5.500 sampai Rp 6000. "Harga beras saja Rp 7 ribu. Mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa diperbuat warga, selain pindah profesi. Ada yang ngojek, cari ikan hingga ikut mengola minyak," terangnya.
Rojali, warga Plakattinggi mengaku masih coba bertahan dengan harga karet yang rendah. Sebab tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Mau pindah profesi butuh modal, sedangkan sehari-hari dirinya menyadap karet orang lain dan mendapat upah dari pekerjaannya.
"Kalau musim hujan, saya hanya dapat lelah saja, berjalan dalam kebun hanya dapat karet sedikit. Belum lagi saat ditimbang ditempat tauke karet uang yang didapat tidak seberapa. Tapi mau bagaimana lagi keluarga saya butuh makan," katanya.
Sementara itu Kepala Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh Arivin, mengakui dampak harga karet ini sangat menyusahkan masyarakat. Dirinya yang juga petani karet ikut mersakan imbasnya.
Diceritakan Arivin, saat ini harga karet di Kertayu hanya Rp 5 ribu untuk karet basah, dan Rp 7 ribu untuk karet kering. "Di Kertayu mungkin sekitar 100 orang lebih sudah berhenti jadi petani karet dan lebih memilih jadi pegawai PT," katanya. (hen/cr10)