Sepi Penumpang, Pemilik Angkot Kembang Kempis
"Hanya cara itu yang bisa kami lakukan menghadapi sepinya penumpang angkot," tutur Hali Hudi yang memiliki 10 armada angkot dan hanya 4 armada yang di
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sejak lama, keberadaan angkutan kota (angkot) mengalami masa kembang kempis. Hal disebabkan semakin turunya jumlah penumpang seiring dengan meningkatnya daya beli dan gaya hidup warga kota Surabaya.
Terutama soal daya beli masyarakat terhadap kendaraan pribadi dan gaya hidup efisien tanpa harus menggantungkan pada jasa angkutan kota.
Kondisi seperti itu harus dihadapi dan dialami penyedia jasa angkot Surabaya dari hari ke hari yang semakin sepi penumpang.
"Kami mulai rasakan penurunan penumpang itu sejak tahun 2000-an. Ketika masyarakat semakin mudah memiliki kendaraan pribadi," kata Saniman, pemilik angkot asal Kelurahan Juwingan kecamatan Gubeng.
Memang, diakui Saniman, kondisi penurunan jumlah penumpang tersebut rupanya tidak mendapat perhatian dari Pemkot Surabaya.
Itu setelah melalui sejumlah organisasi angkot terus mengeluarkan izin baru trayek angkot kota Surabaya kepada siapa saja pemilik angkot.
Bahkan, untuk lyne Pasar Turi ke Turus Harapan saja hingga ada 75 izin trayek angkot yang dikeluarkan hingga tahun 2005 lalu. Dengan kondisi jumlah penumpang yang terus menurun itu hingga sekarang ini hanya ada sekitar 50 angkot yang bertahan melayani trayek tersebut.
Jumlah 50 angkot itupun untuk jalur tersebut dirasakan sekarang ini mengalami overload.
Hingga pemilik melakukan siasat dengan mengandangkan angkot dua hari dan berjalan satu hari untuk rute yang dirasa masih banyak penumpangnya.
"Kalau tidak disiasati dengan dua hari libur dan sehari jalan secara bergiliran, bisa selalu merugi kami dengan penumpang yang terbatas sekali itu tetap dilayani dengan angkot dalam jumlah tetap," ujar Saniman.
Pada umumnya, ungkap Saniman, antar pemilik angkot memang sudah ada saling pengertian soal sepinya penumpang.
Dengan demikian semangat kebersaam selalu dijaga untuk tetap bisa bertahan ditengah sepinya penumpang. Karena bagaimanapun, penumpang angkot yang sepi itu karena kondisi perkembangan kota Surabaya.
Di mana masyarakat sudah memiliki kendaraan sendiri-sendiri sehingga tidak lagi membutuhkan jasa angkot. Kalaupun ada warga yang membutuhkan jasa angkot itu adalah orang yang sudah tua ataupun anak yang terbilang masih kecil.
Mereka itulah penumpang setia angkot kota Surabaya. Sedangkan warga usia produktif lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi untuk perjalanan pergi pulang kemana-mana.
"Ya begitulah kondisi angkot, semakin hari semakin sepi saja penumpangnya. Mendapat penumpang 7 - 10 orang sekali jalan susah sekali sekarang ini, kalaupun dapat itu rezeki nomplok namanya," ucap Saniman.
Demikian pula dengan mendapat pemasukan diatas Rp 200 ribu sehari, tambah Saniman, kebanyakan sudah menjadi impian para pemilik angkot. Karena rata-rata dalam sehari hanya mendapatkan pemasukan kisaran Rp 150 ribu saja sudah cukup baik untuk makan dan minum serta biaya operasional.
"Itupun belum termasuk biaya mendadak lain di jalan, seperti ban meletus dan sebagainya," tandas Saniman.
Hal sama disampaikan pemilik angkot yang melayani jalur Dukuh Kupang - Benowo, Ali Hudi. Akibat penumpang sepi sekarang ini dari 80 angkot yang beroperasi di trayek tersebut saat ini hanya tinggal 20 angkot saja.
Itupun angkot harus pandai-pandai memanfaatkan waktu jam ramai penumpang dan jam sepi penumpang.
"Untuk apa beroperasi di jam sepi penumpang jika harus rugi. Makanya operasi angkot pada jam tertentu saja," kata Ali Hudi.
Untuk mendapatkan setoran Rp 24 ribu sehari, menurut Ali Hudi, susahnya minta ampun. Karena sepi penumpang biasanya sopir yang menjalankan angkotnya selalu negosiasi setor dibawahnya.
Dan itupun bisa dimaklumi karena sopir angkot memang tidak banyak mendapat penumpang dan lebih banyak parkirnya di sejumlah titik untuk menanti penumpang.
"Ya kalau sudah begitu kami tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah atas kondisi dan situasi," ucap Ali Hudi.
Oleh karena itu, ungkap Ali Hudi, bisnis angkot di Kota Surabaya sudah tidak prospektif lagi. Apalagi nanti jika harga BBM mengalami kenaikan maka pasti akan semakin hancur usaha jasa angkot kota Surabaya jika tidak ada campur tangan Pemerintah.
Dan bisa dipastikan pemilik angkot akan mengandangkan semua armadanya untuk dioperasionalkan pada jam-jam tertentu saja. Seperti jam masuk sekolah atau masuk kerja dan jam pulang sekolah atau pulang kerja.
"Hanya cara itu yang bisa kami lakukan menghadapi sepinya penumpang angkot," tutur Hali Hudi yang memiliki 10 armada angkot dan hanya 4 armada yang dioperasikan saat ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.