Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serukan Bangga Memakai Batik

"Saya baru kali ini memakai batik. Awalnya gimana gitu, agak malu. Karena banyak teman-teman yang pakai, akhirnya saya pakai," kata siswa kelas 8 F.

zoom-in Serukan Bangga Memakai Batik
/Tribun Timur/muhammad abidwan
Karyawan hotel Grand Clarion Makassar dengan mengenakan baju batik berfoto di dilobi hotel tersebut, Rabu (2/10). selain berbusana menggunakan batik dekorasi lobi hotel dihiasi aneka kain batik berbagai motif untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober. (Tribun Timur/muhammad abidwan) 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Batik telah mendapat pengakuan internasional sebagai warisan budaya dunia.

Meski demikian, di kalangan anak-anak dan remaja ternyata ada yang masih malu mengenakan pakaian khas Indonesia. Alasannya karena kuno, ndeso dan tua.

Anggapan-anggapan ini yang coba diluruskan 580 siswa dan 67 guru SMP Muhammadiyah 2 Genteng Surabaya saat menggelar Batik Carnival 2014, Kamis (2/10/2014).

Mereka pawai melintasi jalan protokol Kota Surabaya. Mulai dari Jalan Genteng  Muhammadiyah (lokasi sekolahan) lalu ke Jalan Simpang Dukuh-Gubenur Suryo (depan Gedung Negara Grahadi-Jalan Yos Sudarso-Ketabangkali dan finish di sekolahan.

Selama pawai merka kompak mengenakan batik. Ada batik Surabaya, Madura, Solo, Pekalongan dan lainnya.

Untuk menambah semarak pawai, mereka mengusung gamelan di atas mobil bak terbuka yang dimainkan selama menyusuri jalanan kota.

Sekembalinya di halaman sekolah, diantara siswa unjuk kebolehan, kemampuan berkesenian. Ada band dan lainnya.

Berita Rekomendasi

Bazar juga digelar. Uang tidak berlaku pada event ini. Semua transaksi mengenakan kupon.

Febry Noeh Cahya Prasetya, salah satu siswa mengaku senang dengan batik.

"Saya baru kali ini memakai batik. Awalnya gimana gitu, agak malu. Karena banyak teman-teman yang pakai, akhirnya saya pakai," kata siswa kelas 8 F.

Meski tidak hafal macam-macam batik, Febri meyakini batik yang dikenakan adalah batik pekalangan.

"Itu kata orangtua saya sih,"katanya.

Kepala SMP Muhammadiyah 2 Genteng Sudarusman mengatakan Batik Carnival ini adalah bentuk pembelajaran otentik siswa.

"Siswa dituntut berani gunakan batik di depan publik saat karnaval," tukasnya.

Menurut Sudarusman, anak-anak harus mulai bangga dengan batik sebagai kekayaan budaya bangsa.

"Membuat batik tidak mudah. Tiap daerah punya ciri khas batik. Karena itu harus dihargai dengan cara bangga mengenakannya ," tandasnya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas