Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aremania Kecewa, Bendera Raksasa Arema Gagal Berkibar di Partai Final

"Sebagai Aremania kita semua pasti kecewa berat, tapi menyadari itulah permainan," kata Harie.

zoom-in Aremania Kecewa, Bendera Raksasa Arema Gagal Berkibar di Partai Final
Surya/Haorrahman
Bendera raksasa Arema Urung berkbar dan kini dimasukkan gudang lagi, setelah gagal ke Final 

TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Selain menghentikan rekor Arema Cronus musim ini, kegagalan Arema melaju ke partai final juga membatalkan rencana berkibarnya bendera raksasa Arema di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, di partai final Indonesia Super League.

Kegagalan Arema melaju ke final tidak hanya membuat pemain, pelatih dan manajemen kecewa.

Aremania seluruh Indonesia pun merasakan hal serupa.

Padahal jika tim berjuluk Singo Edan tersebut melaju ke partai final, ribuan Aremania bakal berbondong-bondong ke Jakarta.

Termasuk bendera raksasa berukuran setengah stadion juga akan berkibar di Stadion Gelora Bung Karno.

"Rencananya jika Arema lolos ke final, keesokan harinya kami akan langsung berangkat ke Jakarta membawa bendera raksasa," kata Arif Roi, Aremania pembawa bendera raksasa.

Menurut Roi, bendera tersebut akan dibawa ke Jakarta menggunakan pikap. Nantinya di Jakarta mereka akan dibantu oleh Aremania Batavia untuk mengurus bendera raksasa tersebut.

Berita Rekomendasi

Karena hanya transportasi melalui darat yang bisa mengangkut bendera berukuran 250 x 30 meter itu.

Namun sayang, Arema gagal melaju ke final sehingga bendera yang diklaim merupakan terbesar di Asia tersebut juga batal berkibar.

"Banyak yang menyayangkan, karena banyak yang ingin melihat bendera raksasa berkibar di GBK," kata Roi.

Bendera raksasa tersebut memang merupakan kebanggan tersendiri bagi Aremania. Itu menunjukkan sebuah kreatifitas tersendiri.

Butuh waktu lama untuk membuat bendera raksasa tersebut. Sekitar enam bulan untuk membuat bendera bergambar singa tersebut.

Tidak hanya itu, butuh dana Rp 200 juta untuk membuatnya.

Saat dikibarkan di Stadion Kanjuruhan awal September lalu, butuh 600 orang untuk mengangkut bendera tersebut ke dalam stadion.

Karena Arema gagal melaju ke final, membuat bendera raksasa tersebut kembali harus disimpan, di Korwil Aremania Dau Batu.

Kekecewaan juga dirasakan oleh salah satu penggagas bendera raksasa, Harie Pandiono Paimin.

Harie merupakan Aremania yang telah malang melintang ke seluruh dunia untuk mengibarkan bendera Arema, di stadion-stadin dunia yang dia kunjungi.

Pria kelahiran 29 Juni 1964 itu, telah merantau ke berbagai negara dan benua, dengan membawa bendera Arema.

Beberapa negara telah dikunjungi seperti Los Angeles, Denver, New York, Reno Nevada (Amerika Serikat), Perth, Adelaide, Sydney (Australia), Toronto Niagara Fall (Kanada),  Tower Petronas Malaysia, South Africa, DRC Congo, Mauritania, Maroko, Sahara Desert (Afrika), Madrid Spanyol, Munich Jerman, bahkan Dubai.

"Sebagai Aremania kita semua pasti kecewa berat, tapi menyadari itulah permainan," kata Harie.

Menurutnya laga semifinal mengingatkan saat dia nonton di Alianz Arena di Munich Jerman, di UEFA Champions League, antara Bayern Munchen melawan Chelsea.

Saat itu hingga menit ke-84, Bayern merasa juara, namun goal Didier Drogba membunuh Bayern.

"Artinya menit-menit terakhir selalu menjadi strategi lawan yang lebih waspada daripada kita," kata Harie.(Haorrahman)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas