Konser Jazz Ijen Banyuwangi Bawa Penonton ke Masa Lalu
Konser Jazz Ijen Banyuwangi di Pos Paltuding, kaki Gunung Ijen, mampu membawa ratusan penonton yang hadir kembali memasuki tahun 80an.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI-Konser Jazz Ijen Banyuwangi di Pos Paltuding, kaki Gunung Ijen, Sabtu (8/11/2014) mampu membawa ratusan penonton yang hadir kembali memasuki tahun 80an.
Tiga musisi era 80an sore itu, yakni Imaniar, Deddy Dhukun dan Faris RM dengan masing-masing pesonanya membawakan lagu hits mereka di era 80an.
Seperti yang ditampilkan Deddy Dhukun lewat lagu Masih Ada yang membuat para penonton yang rata-rata saat tumbuh remaja pada tahun 1980an melayang menuju masa lalu.
"Ini laguku..." teriak histeris Dinie, penonton perempuan begitu Deddy Dhukun melantunkan lirik awal lagu Masih Ada yang dipopulerkan bersama penyanyi Dian Permana Putra.
Deddy Dhukun juga membuat penonton gemas karena kemampuannya berinteraksi dengan penonton.
Beberapa penonton diajaknya menyanyi dan berdialog mengenai lagu ciptaannya meski dengan bercanda alias sekedar joke.
Deddy Dhukun juga mengajak duet Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan istrinya pada lagu Masih Ada.
Penonton yang mencapai seribuan orang juga melayang balik ke masa 80an saat Faris RM menyanyikan lagu Nada Kasih dan Barcelona. Penonton menyambut hangat dua lagu hits ini.
Begitu juga saat Imaniar membuka pertunjukkan dengan mencoba improvisasi lagu jawa Yen In Tawang ono Lintang.
"Saya bangga dan berTerima kasih untuk bisa hadir di acara jazz di Banyuwangi. Ini merupakan tempat yang menyenangkan," kata Imaniar.
Kendati kental dengan nuansa jazz. Kolaborasi musik etnik dan jazz juga muncul meski hanya sekilas lalu.
Seperti saat Idam Noorsaid dan kawan-kawan memainkan komposisi jazz berpadu perkusi khas Using diawal pertunjukkan.
Atau saat penyanyi top Banyuwangi Suliyana menyanyikan lagu Kelangan, lagu bahasa Using yang saat ini paling hits di Banyuwangi, dalam balutan melodi jazz yang kental.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, konser ini menjadi pemanasan sebelum konser Jazz Pantai di Pantai Boom, Banyuwangi pada 6 Desember mendatang. Musisi yang datang dipastikan lebih banyak dan beragam.
Mendapat Protes
Meski terbilang sukses menyedot banyak penonton, pelaksanaan Jazz Ijen Banyuwangi juga menyisakan pertanyaan besar khususnya dikalangan pecinta lingkungan hidup di Banyuwangi.
Pecinta lingkungan di Banyuwangi yang tergabung dalam Banyuwangi Forum for Environmental Learning (BaFFEL), mempertanyakan alasan pagelaran musik di Paltuding yang meruapakan daerah konservasi. Belum lagi hutan di kawasan sekitar juga baru saja terbakar hingga 100 hektar lebih.
Selain mengirim surat ke menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup untuk melaporkan kegiatan ini, aktivis BaFFEL juga menggelar aksi bentang spanduk.
Para aktivis membentangkan spanduk bertulis 'Cagar Alam Ijen Tempat Konservasi Bukan Konser Musik'. Spanduk ini dibentangkan di jalan arah menuju lokasi sehingga bisa dilihat semua orang termasuk rombongan Bupati.
"Seperti tidak ada tempat lain untuk konser musik saja," kata Koordinator BaFFEL, Ari Restu.
BaFFEL mencatat, lokasi konser musik berdekatan dengan lokasi pelepasan liar elang jawa oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam.
Selain itu, bulan November juga menjadi puncak migrasi beberapa jenis burung pemangsa seperti elang kelabu, elang ular menuju wilayah konservasi Gunung Ijen.
Beberapa pengunjung yang ditemui sempat menyatakan konser di kawasan Paltuding cukup menarik karena bisa menarik atau menjadi hiburan tambahan bagi wisatawan yang akan naik ke kawah Ijen.
Namun ketika diberi penjelasan bahwa Paltuding merupakan kawasan konservasi, beberapa pengunjung menyatakan pendapat yang berbeda dari semula.
"Kalau memang ini kawasan konservasi seharusnya panitia tidak memaksakan konser musik di sini. Suara yang dihasilkan saya rasa cukup keras dan bisa jadi menganggu satwa," kata Romli, pengunjung asal Banyuwangi.
Sementara itu, Sunandar, kepala BKSDA Jember yang membawahi kawasan Ijen yang hadir di lokasi untuk melakukan pengawasan menilai suara yang dihasilkan konser masih terlalu keras.
"Masih harus lebih pelan sedikit," ucapnya.
Sunandar mengatakan, pihaknya pada 5 November sudah melayangkan surat kepada Pemerintah Banyuwangu agar tidak melaksanakan kegiatan konser musik di Paltuding.
BKSDA beralasan, area Paltuding merupakan kawasan konservasi.
"Tapi pemkab Banyuwangi ingin tetap melaksanakan dengan alasan kegiatan ini mengusung tema kemanusian," kata Sunandar.
"Ya sudahlah, tapi acara seperti ini akan kami evaluasi dan mungkin ini (konser musik) yang pertama dan yang terakhir dilaksanakan di sini."
Sementara itu, pelaksana tugas Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Banyuwangi Yanuarto Bramuda mengatakan alasan konser tetap dilaksanakan karena mengusung misi kemanusiaan, yakni tiket konser berupa karcis donasi Rp 5000 seluruhnya untuk PMI.
Selain itu, pemerintah Banyuwangi tetap berkomitmen menjaga lingkungan berupa melakukan penanaman pohon dan pelepasan burung merpati.
Sedangkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan seluruh donasi yang masuk akan digunakan untuk membantu petambang belerang di Kawah Ijen dan penduduk sekitar yang terkena dampak kebakaran hutan.