Demo Berakhir Rusuh di Makassar
Aksi demonstrasi menolak rencana poemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Aksi demonstrasi menolak rencana poemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi di Makassar berujung rusuh, Kamis (13/11/2014) sore.
Polisi masuk ke kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) di Gunungsari, Jl AP Pettarani. Sejumlah mahasiswa yang diduga ikut aksi parlemen jalanan menolak rencana pemerintah mencabut subsidi BBM, ditangkap.
Sebanyak lima jurnalis yang meliput aksi penyerangan polisi justru menjadi korban kekerasan.
Beberapa diantaranya terluka dan dianiaya. Polisi melarang pengambilan gambar dan coba merebut kamera jurnalis.
Selain mahasiswa dan jurnalis, sejumlah warga, anak-anak, dan buruh bangunan yang bekerja di sekitar Menara Phinisi, kampus UNM, juga menjadi korban.
Bahkan dilaporkan, Wakil Rektor III UNM Prof Dr Heri Thahir, juga mengalami tindak kekerasan dari aparat.
Polisi menyerang kampus, dengan merusak sejumlah fasilitas kampus, menembakkan gas air mata ke ruang perkuliahan, menendangi dan mendorong ratusan motor milik mahasiswa dan sivitas kampus yang terparkir di area kampus.
Sebelum aksi penyerangan, Wakapolrestabes Makassar AKBP Totok Lisdiarto, dilaporkan terkena panah dan 4 wartawan terluka.
"Ini aksi spontan, aanak buah. Sebab wakapolrestabes terkena anak panah," kata Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Endi Sutendi, usai menyampaikan permohonan maaf atas inisiden itu, sore kemarin.
Usai kejadian, seratusan wartawan, sekitar pukul 17.00 wita, menggelar aksi solidaritas di depan kampus UNM. Mereka mengecam aksi kekerasan dan upaya polisi menghalang-halangi kerja jurnalistik.
Sejumlah organisasi profesi wartawan di Makassar, mendesak Kapolda Irjen Pol Anton Setiadji dan Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Ferry Abraham, mengusut tuntas aksi kekerasan ini.
Kameramen MetroTV Vincensius Waldy, petang kemarin melaporkan kasus ini ke polisi. Kapolda yang datang ke lokasi aksi, untuk memberi penjelasan, justru ditolak kelompok wartawan. Jurnalis meminta Kapolri Jenderal Pol Sutarman, mencopot kapolda.
Dua hari lalu, Kapolri menginap di Makassar. Dalam pertemuan di CCC Tanjung Bunga, dengan seribuan polisi, Kapolri meminta aparat menindak tegas pengunjuk rasa yang anarkis.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 16.45 WIT, Kamis (13/11/2014). Diawali dari bentrok mahasiswa dan polisi di depan kantor DPRD Makassar, lalu seorang mahasiswa ditangkap. Tak terima temannya diamankan, mahasiswa protes. Mereka melempari polisi dengan batu.
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan mahasiswa. Suasana kian ricuh. Dengan kendaraan taktis, polisi masuk ke kampus UNM yang berada di satu ruas jalan dengan DPRD Makassar.
Mobil dosen dan motor mahasiswa ikut rusak akibat kerusuhan itu. Wakapolresta AKBP Totok yang terkena panah dilarikan ke RSI Faisal. Sedangkan 1 dari 4 wartawan yang terluka, yakni Waldy dari Metro TV dilarikan ke rumah sakit.
Saat ini, situasi relatif kondusif. Polisi masih berjaga di depan kampus. Sementara pihak kampus juga berkerumun di dalam kampus.
"Kami sangat menyesalkan tindakan ini. Seharusnya polisi tak masuk kampus dan menyerbu seperti itu," kata Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Kedokteran UNM Kasman. (cr1/cr3/lis/san/yud/ham/nit)