Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Persaingan Model Sebagai Kesempatan Go Internasional

”Semakin banyak model, semakin banyak pilihan untuk klien. Tinggal modelnya saja apa bisa bersaing dan terus berlatih,” kata pria asli Surabaya itu.

zoom-in Persaingan Model Sebagai Kesempatan Go Internasional
TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa (bian)
Sejumlah model Busana Tradisional Dayak Modern dari Sanggar Pokan Takaak Pimp Bapak Imam berpose di Rumah Kudus pada penutupan Festival Budaya Sei Mahakam, Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Minggu (16/11/2014) Festival Budaya Sei Mahakam diselengarakan berkat kerjasama Total E&P Indonesie, Yayasan Total Indonesia, Bentara Budaya Jakarta dan Kompas Gramedia sejak 6 - 16 November 2014. (TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa) 

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Warna baru muncul di dunia model dan panggung fashion di Surabaya.

Panggung yang dulu didominasi model berparas  lokal, kini banyak diisi pula dengan wajah asing, model mancanegara.

Di sisi lain, Eddy Rizaldy, owner MC Model Management Surabaya. menilai invasi model asing membawa dampak positif bagi model lokal.(Baca : Model Eropa Timur Banjiri Surabaya)

Menurutnya, kedatangan model bule akan memberikan spirit bagi model lokal untuk terus mengembangkan diri.

Persaingan, kata dia, akan melahirkan kemauan untuk meningkatkan kualitas model lokal.

Satu keuntungan lain, dia menargetkan banyak model potensialnya yang merambah mancanegara.

Sampai saat ini, MC Model Management pernah mengirim modelnya ke ajang internasional di Singapura.

BERITA TERKAIT

Eddy melihat persaingan ini sebagai kesempatan untuk go internasional.

Cinta, koreografer MC Model Management menambahkan, selama mau menjaga diri, model lokal tidak akan kalah bersaing dengan model asing.

Dia mengamati, jumlah event dan produk yang membutuhkan model, jauh lebih banyak ketimbang model yang tersedia.

Di Surabaya, kata dia, model yang sering dipakai hanya itu-itu saja. Klien cenderung menggunakan model baru dengan wajah fresh yang sama sekali tidak identik dengan produk tertentu.

”Semakin banyak model, semakin banyak pilihan untuk klien. Tinggal modelnya saja apa bisa bersaing dan terus berlatih,” kata pria asli Surabaya itu.

Dia membuktikan, bisa meyakinkan klien untuk memilih anak didiknya ketimbang mendatangkan model asing.

Apalagi, kata Cinta, agency-nya memiliki 40 model dengan latar belakang ras yang beragam.

Dia mengungkapkan, memiliki model dari berbagai suku, mulai Tionghoa, Jawa, Medan sampai Indonesia Timur.  

Sementara itu Agoeng Soedir Poetra punya catatan tersendiri. Ada satu yang menggembirakannya dengan banyaknya model bule yang masuk.

Kehadiran mereka tidak serta merta membuat model-model lokal kehilangan rezeki.

Bahkan inovasi dan kreasi terus bermunculan karena merasa harus bersaing.

Sebab lain ladang rezeki tidak mati, karena pangsa tiap model ini juga terus tumbuh.

“Setiap agenda fashion tentu dibutuhkan karakter-karakter model yang beragam. Model-model dengan karakter wajah dan karakter berjalan yang khas Indonesia, masih sangat dibutuhkan," katanya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas