"Fisik Memang Perlu, Tapi Itu Bukan Kunci Utama"
“Karena rendahnya sikap profesional mereka. Perilakunya buruk dan sering mengecewakan klien. Jadi saingan sebenarnya bukan model lokal atau asing, tap
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sepuluh tahun, ia malang melintang di industri mode. Pengalaman panjang itu membuatnya paham betul kunci memenangi persaingan.
Termasuk bersaing dengan model-model asing yang deras masuk Surabaya.
Asti Lukita Wardani, namanya. Ia terjun ke dunia modeling sejak 2004. Ketika itu usianya baru 16 tahun.
Kini, di usia 26 tahun sarjana Manajemen Keuangan Universitas Airlangga (Unair) tersebut masih tetap laris.
Perempuan yang biasa dipanggil Asti itu mengaku tidak risau dengan derasnya model asing yang datang, yang umumnya memiliki fisik lebih menawan.
“Fisik memang perlu. Tapi itu bukan kunci utama. Untuk tetap eksis kunci utamanya adalah menjaga profesionalisme dan perilaku,” ungkap Asti, Sabtu (15/11/2014) lalu.
Asti melayani wawancara di sela kesibukan berlenggak-lenggok di panggung fashion show di Surabaya Town Square (Sutos). Ia meluangkan waktu khusus saat jam istirahatnya.
Miss Indonesia Jawa Tengah 2011 ini pun bercerita pengalaman dan pengamatannya selama 10 tahun mengisi panggung model.
Menurutnya, tidak sedikit model berpostur ideal dan berparas menawan gagal meniti karir.
Mereka hanya muncul sesaat. Setelah itu tidak ada lagi klien yang meliriknya. Kenapa begitu?
“Karena rendahnya sikap profesional mereka. Perilakunya buruk dan sering mengecewakan klien. Jadi saingan sebenarnya bukan model lokal atau asing, tapi skill dan sikap profesionalnya,” katanya.
Asti mengakui model-model mancanegara, umumnya berpostur lebih bagus. Asti tahu betul kelebihan itu. Ia berkali-kali beraksi di catwalk bersama mereka.
“Tapi skill mereka tidak beda dengan model-model lokal,” jelasnya.
Faktor lain yang membuat Asti optimistis model-model lokal tetap laku, adalah karakter dan wajah yang khas Indonesia. Kekhasan ini tidak bisa digantikan model asing.
“Karakter khas Indonesia ini sangat dibutuhkan para desainer, pakar make-up, hingga fotografer untuk menampilkan karya-karyanya,” tegasnya.
Soal pilihan karakter sangat bergantung pada selera klien.
“Mereka punya taste (selera) masing-masing. Ada yang suka karakter khas bule, tetapi ada juga yang suka model khas Indonesia. Tergantung kebutuhan karya mereka,” sebut model kelahiran 9 Oktober 1988 ini. (ben)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.