"Menjadi Penulis Agar Bisa Berbagi Inspirasi"
”Untuk mendorong mereka menulis, kami sering berikan imbalan sebagai perangsang. Untuk beberapa baris kalimat, misalnya, kami beri uang sekian ribu
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Setiap akhir pekan, pasutri ini rutin mengajak anak-anaknya ke perpustakaan umum maupun ke toko buku. Di sana mereka bisa betah berjam-jam membaca buku.
Aktivitas ini biasanya mereka lakukan setiap Sabtu ketika mereka sekeluarga libur dari bekerja dan sekolah masing-masing.
Resep ini terbukti manjur. Semakin tumbuh dewasa, Nuha, Tata, dan Nafis tumbuh dengan kebebasan berimajinasi.
Dari hobi membaca, mereka mulai mengumpulkan lebih banyak kosakata.
Setiap ada kata-kata baru yang tak mereka pahami, selalu mereka tanyakan kepada kedua orangtuanya. Inilah yang kelak menjadi modal menulis.
”Untuk mendorong mereka menulis, kami sering berikan imbalan sebagai perangsang. Untuk beberapa baris kalimat, misalnya, kami beri uang sekian ribu rupiah. Tapi tidak selalu berupa materi, terkadang cukup dengan ciuman dan pelukan. Anak-anak lebih membutuhkan itu kok,” papar perempuan yang pernah terlibat dalam penyusunan antologi kisah inspirasi berjudul Buah Hatiku itu.
Joko dan Heni, juga layak mendapat gelar penulis. Selain Heni yang pernah terlibat dalam penyusunan antologi, pada April 2013 Joko juga telah menerbitkan sebuah buku berjudul Behind The Tax Office yang berisi kumpulan catatan ringan dunia pajak.
Artikel-artikel opini maupun citizen journalism (jurnalisme warga) pasangan suami istri ini, beberapa kali juga dimuat di media cetak.
”Dua buku lainnya rencananya akan terbit bulan-bulan ini. Satu masih tentang pajak, satu lagi tentang keluarga saya,” kata Joko yang dihubungi terpisah.
Joko yang alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini pun bangga karena seluruh anggota keluarganya, termasuk si bungsu, aktif dalam dunia tulis menulis dan telah melahirkan karya.
Namun, baginya, menjadi penulis bukan semata-mata untuk menghimpun uang dari royalti. Menjadi penulis, bagi keluarga Joko adalah untuk berbagi inspirasi.
”Siapa tahu bisa mengubah diri dan pembaca untuk berbuat lebih baik,” sebut pria kelahiran Rembang yang pindah ke Sidoarjo sejak 2002 itu.
Lantas, apakah Joko memang berniat mencetak anak-anaknya menjadi penulis?
Dengan tegas Joko mengiyakan. Namun apapun profesi yang akan dijalani dua putri dan satu putranya kelak, dia serahkan seluruhnya kepada keputusan mereka kelak.
”Mungkin bukan murni menjadi penulis ya. Sekarang ini yang kami lakukan cuma memberi gambaran ke mereka betapa pentingnya menulis. Apapun cita-cita mereka, yang penting bisa menulis. Kalau orang zaman dulu menulis di batu-batu dan tulang, lalu sekarang bisa dimanfaatkan banyak orang, maka harusnya malu donk kalau sekarang ada fasilitas pendukung tetapi tidak menulis,” pungkasnya. (ben)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.