6 Kecamatan di Jember Dipasang Peringatan Dini Ttsunami
"Saat BMKG mengumumkan adanya potensi tsunami, maka sirine EWS ini harus dibunyikan. Tombol dipencet," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Kabupaten Jember memiliki peralatan peringatan dini atau early warning system (EWS) bencana tsunami.
Ada tujuh unit EWS yang dipasang di enam desa di enam kecamatan.
Ketujuh EWS itu dipasang di desa terdekat dengan laut selatan Jember yakni Dusun Bandealit Desa Andongrejo Kecamatan Tempurejo, Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu, Desa Lojejer Kecamatan WUluhan, Desa Puger Kulon Kecamatan Puger, Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas, dan Desa Paseban Kecamatan Kencong.
Dari enam desa itu, satu desa yakni Puger Kulon, mendapatkan dua unit EWS karena jumlah penduduknya banyak, dan cakupan wilayahnya luas yakni sampai ke Desa Puger Wetan dan Mojomulyo Kecamatan Puger.
EWS tersebut dipasang di daratan di masing-masing desa tersebut. Alat itu berupa tower mini berketinggian 12 meter. Di pucuk tower adalah empat buah corong pengeras suara.
Tower itu dihubungkan dengan perangkat di sebuah kotak, milik kotak gardu listrik milik PLN.
Dari perangkat yang salah satunya berisi accu, listrik tersambung dan dikoneksikan dengan perangkat yang ada di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember.
EWS itu akan dibunyikan ketika ada potensi tsunami. Penekanan tombol sirine EWS dilakukan di kantor BPBD atas perintah atau oleh bupati.
Tombol itu akan membunyikan sirine secara bersamaan di tujuh EWS tersebut.
Sirine itu menandakan adanya potensi tsunami, dan warga harus berbuat sesuatu untuk menjauhkan diri dari bencana.
Tsunami merupakan bencana yang tidak bisa ditolak. Ciri tsunami, diawali dengan adanya gempa pada skala richter tertentu. Penentuan gempa berpotensi tsunami dilakukan oleh Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Langkahnya, BMKG merilis informasi gempa, koordinat gempat, dan apakah berpotensi tsunami atau tidak. Ketika ada potensi tsunami di sekitar daerah gempa itulah, pemerintah daerah harus segera membunyi sirine EWS tersebut.
"Saat BMKG mengumumkan adanya potensi tsunami, maka sirine EWS ini harus dibunyikan. Tombol dipencet," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jember Mahmud Rizal kepada Surya, Senin (8/12/2014).
Setelah itu, warga sekitar harus berbuat sesuatu untuk menjauhkan diri dari bencana. Warga ketika bertindak tentu tidak sporadi.
Warga di desa-desa tersebut sudah diberi pelatihan dan sosialisasi ketika ada gempa dan tsunami.
"Salah satu pelajaran dasarnya adalah slogan kami 'kalau ada gempa bersembunyilah di bawah meja, kalau ada tsunami berlarikan ke tempat tinggi',", lanjut Rizal.
Warga akan dibantu oleh relawan bencana desa setempat. Di enam desa itu, ada 10 orang relawan di masing-masing desa. Mereka akan dibantu aparat setempat antara lain TNI dan kepolisian, dalam bertindak. Misalkan, sampai harus mengungsi ke tempat tinggi.
Secara teori, gelombang tsunami akan menerjang sekitar 25 - 30 menit setelah gempa.
Warga yang menyelamatkan diri bisa kembali ke rumah masing-masing ketika BMKG telah menyatakan pengkahiran peringatan dini tsunami tersebut.
"Dalam urusan tsunami, yang menentukan adalah MBKG. Kami dari BPBD membuat pengurangan resiko bencana (PRB). Diantaranya melalui mitigasi, peringatan dini, dan kesiapsiagaan. EWS itu masuk dalam tahapan peringatan dini," tegas Rizal.
EWS ini baru diujicoba Rabu (3/12/2014) lalu. Ujicoba tersebut sekaligus diikuti dengan sosialisasi pemakaian dan penanganan ketika tsunami melanda.
Saat ujicoba lalu, sirine EWS di Bandealit dan Lojejer yang tidak berbunyi, karenanya dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sebab perangkat tersebut merupakan bantuan dari BNPB tahun anggaran 2014. Kabupaten Jember, kata Rizal, masuk dalam peta tsunami nasional sehingga mendapatkan bantuan tersebut.
Desa-desa di kecamatan di atas merupakan kawasan berpotensi terkena tsunami karena berbatasan langsung dengan laut Jawa.
Jember memiliki pengalaman terkena tsunami tahun 1994 yakni di Pantai Bandealit Desa Andongrejo Kecamatan Tempurejo.
Kala itu, tidak ada korban jiwa, namun kerugian material terjadi.
Pemerintah pusat, lanjut Rizal, memiliki program master plan tsunami. Master plan tsunami itu mulai dari Nangro Aceh Darussalam sampai Papua.
Daerah yang dilintasi adalah kawasan yang dilintasi tiga lempeng yakni Indo Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng itu jika bertumbukan akan menimbulkan gempa dan potensi tsunami.
"Itu terbentang mulai Sumatera, Jawa, Maluku, sampai Papua. Di Jawa berada di bagian selatan. Kalau Jawa Timur mulai Pacitan sampai Banyuwangi. Jember salah satunya," imbuh Rizal.
Kepala BPBD Jember Suhanan menambahkan, cara itu merupakan ikhtiar daerah untuk mengurangi bencana.
"Ada sejumlah bencana yang tidak bisa ditolak, salah satunya tsunami. Meski begitu harus ada upaya untuk meminimalkan resiko bencana itu. Satu diantaranya dengan memasang EWS ini," tegas Suhanan.
Ujicoba dan sosialisasi EWS itu melibatkan sejumlah pihak yakni warga setempat, relawan, personel TNI dan kepolisian sektor.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.