Pengaruh Badai Hagufit di Nunukan Semakin Menjauh
Badai tersebut menyebabkan kecepatan angin mencapai 26 knot dengan gelombang laut mencapai 1-2 meter
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN- Badai Hagupit yang menghantam sejumlah kawasan di Filipina berdampak hingga di Kabupaten Nunukan. Meskipun letaknya agak jauh dari Kabupaten Nunukan, namun badai tersebut menyebabkan kecepatan angin mencapai 26 knot dengan gelombang laut mencapai 1-2 meter.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Nunukan, Taruna Mona mengatakan, badai tersebut terasa dampaknya di sekitar wilayah Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Namun semakin lama, badai tersebut semakin menjauh ke arah barat laut.
Di Kabupaten Nunukan, selain menyebabkan angin kencang dan gelombang laut, badai tersebut menyebabkan terjadinya hujan ringan hingga sedang dan guntur.
“Prediksi kita dampaknya terasa di Nunukan sampai lusa. Topan itu pergerakannya makin menjauhi Indonesia, masuk ke wilayah Jepang dia,” ujarnya, Senin (8/12/2014).
Forecaster BMKG Bandara Nunukan, Eko Trisantoro menjelaskan, badai yang disertai dengan petir di Kabupaten Nunukan, merupakan pengaruh dari terbentuknya awan columinimbus.
“Biasanya awan columinimbus memang potensial listriknya tinggi. Itu biasanya karena adanya siklon. Jadi siklon itu menyebabkan nilai massa udara yang aktif lebih banyak dibandingkan hujan yang biasanya,” ujarnya.
Jika biasanya pada hujan normal, petir hanya muncul sekali atau dua kali, hujan di Kabupaten Nunukan beberapa hari ini yang disertai dengan petir berkali-kali disebabkan karena pengaruh siklon Hagupit.
“Karena sedang ada siklon Hagupit di utara ini, jadi meningkatkan reaktivitas awan columinimbus itu,” ujarnya.
Namun dikatakannya, pengaruh angin khususnya di Pulau Nunukan masih bersifat lokal. “Jadi awalnya columinimbus itu mengakibatkan angin kencang. Jadi yang potensi menimbulkan angin kencang itu yang ada di wilayah tersebut ada pada awan columinimbus,” ujarnya.
Kecepatan angin ini tergantung pula pada besar dan kecilnya awan comulunimbus. “Cuma awan columinimbus itu tidak bisa kita prediksi sereaktif apa awan itu? Kemudian di wilayah tempat jatuhnya anginnya itu di mana yang lebih kencang, kita tidak bisa mendeteksi,” katanya.
Dia mengatakan, karena Badai Hagupit tidak memberikan dampak yang signifikan di Kabupaten Nunukan, kerusakan akibat angin kencang juga tidak terlalu besar. Begitu pula gelombang laut yang juga tidak terlalu tinggi.
“Kita tertutup pulau jadi gelombang tingginya malah mengarah ke Malaysia. Kita cuma dampaknya, tidak terlalu di perairan kita. Perairan Malaysia yang berpengaruh,” ujarnya.