Mengurai Krisis Gas Bumi di Sumut
Krisis listrik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan dikarenakan pasokan gas bumi tersendat
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Krisis listrik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan salah satunya dikarenakan pasokan gas bumi yang tersendat.
Padahal krisis itu sebelumnya sudah diramalkan akan terjadi pada beberapa tahun ke depan. Untuk mengantisipasi terjadinya krisis, saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Inpres No 14/ 2011 tentang pembangunan FSRU di Teluk Belawan.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo pernah memperkirakan bahwa pengalihan FSRU Belawan ke Lampung akan menuai masalah di kemudian hari.
"Ternyata kekhawatiran itu terjadi saat ini, di mana Sumatera Utara khususnya Kota Medan mengalami krisis listrik karena kekurangan gas bumi untuk pembangkit listrik. Tidak hanya itu, industri kecil dan rumah tangga juga kelabakan mendapatkan aliran listrik maupun pasokan gas bumi," ungkap Agus Prambagyo.
Agus menegaskan, commissioning pipa gas dari Arun ke Belawan tidak serta merta menyelesaikan krisis energi Sumatera Utara. Persoalan di Sumatera Utara hanya bisa diatasi kalau ada niat baik dari kedua BUMN yang saat ini menangani bisnis gas bumi baik PGN maupun Pertamina.
Pertamina tidak boleh arogan terhadap PGN, demikian juga PGN tidak boleh menjelek-jelekkan Pertamina. Mereka adalah dua BUMN besar yang telah terbukti menunjukkan kinerjanya demi kemakmuran rakyat. Jika mereka terus berseteru, maka yang rugi adalah rakyat. Karenanya, Agus menyarankan Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said harus duduk bersama menuntaskan persoalan ini.
“Pemerintah harus segera membuat keputusan agar penderitaan rakyat Sumatera Utara khususnya Kota Medan cepat terselesaikan,” katanya.
Terhadap dua BUMN yang sering berserteru, Agus menyarankan agar cepat sadar bahwa perseteruan tak akan membuahkan hasil yang baik.
“Saya menyarankan kepada Pertamina agar tetap fokus pada bisnis hulu, sementara PGN fokus di sector hilir. Jika kedua lembaga ini bersinergi, maka akan indah sekali Indonesia ini,” selorohnya.
“Jangan lagi ada stereotype bahwa PGN tidak nasionalis, dan Pertamina nasionalis. Nasionalisme diukur dari seberapa besar mereka bias member kemakmuran buat rakyat. PGN dan Pertamina sama-sama berjuang untuk kepentingan rakyat, maka dua-duanya harus kita dukung,” katanya lagi.
Data Asosiasi Pengusaha Pengguna Minyak dan Gas (Apimigas) Sumatera Utara menyebutkan ketiadaan pasokan gas bumi di Medan mengakibatkan efek domino pada masyarakat luas, pelaku industridan pemerintah daerah setempat di Medan.
Terhentinya pasokan gas kepada pengguna gas di wilayah Medan turut mempengaruhi pengaruh omsetproduksi jasa industri maupun komersial. Apabila pada tahun 2011, omset yang dihasilkan dari pengguna gas bumi adalah kurang lebih dapat mencapai 91.05 milyar Rupiah per bulan dimana pasokan gas pada tahun tersebut mencapai 16 BBtud, maka pada tahun 2014 ini hanya mencapai 35 milyar Rupiah per bulan dengan jumlah pasokan gas sebesar 10 BBtud.
Selain mengakibatkan dampak ekonomi secara langsung, kekurangan pasokan gas juga mengancam tutupnya industri di wilayah Medan terutama industri yang menggunakan gas bumi sebagai bahan bakutunggal.
Tutupnya industri secara langsung juga akan mempengaruhi jumlah lapangan pekerjaanmasyarakat di wilayah Medan. Pada tahun 2011 sektor industri dan komersial dapat menyerap tenagakerja sebanyak 20.114 orang, sedangkan pada tahun 2014 berkurang menjadi 12.320 orang sehubungan dengan tutupnya beberapa industri di wilayah Medan.