Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Longsor Ancam 22 Daerah di Jatim

"Meski paling banyak, namun longsornya kecil-kecil dan tidak sebesar seperti yang terjadi di Jombang pada bulan Januari lalu," terangnya.

zoom-in Longsor  Ancam 22 Daerah di Jatim
KOMPAS.COM/FIRMANSYAH
Rel kereta lori yang menghubungkan Desa Lebong Tandai terputus akibat longsor, akibatnya ribuan jiwa masyarakat di desa tersebut terisolasi. 

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Ancaman bencana tanah longsor di Jatim kian meluas.

Jika sebelumnya hanya 20 daerah yang dinyatakan rawan longsor, Senin (15/12/2014) sore Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim menetapkan jumlahnya bertambah menjadi 22 daerah rawan longsor.

Keputusan itu, setelah digelar rapat koordinasi membahas antisipasi bencana alam di Jatim di Gedung Negara Grahadi.

Rapat yang dipimpin langsung oleh Gubernur Soekarwo tersebut dihadiri oleh semua semua stakeholders terkait penanganan bencana alam.

Kepala BPBD Jatim Sudarmawan mengatakan penetapan 22 daerah rawan longsor di Jatim terbaru tersebut berdasarkan hasil pengamatan terhadap gerak tanah dan potensi tanah yang kemungkinan labil dan mudah bergerak.

"Nah, berdasar hasil pemetaan tersebut, ada 22 daerah di Jatim rawan longsor. Data ini kita dapat dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)," ujarnya, usai pertemuan.

Ke-22 daerah rawan longsor tersebut adalah Pacitan, Blitar, Trenggalek, Ponorogo, Lumajang, Jombang, Malang, Probolinggo, Jember, Bojonegoro, Tuban, Madiun, Mojokerto, Pasuruan, Nganjuk, Situbondo, Bondowoso, Tulungagung, Magetan,  Banyuwangi, Ngawi, dan Pamekasan.

Berita Rekomendasi

Menurut Sudarmawan, dari 22 daerah ini, Pacitan menjadi daerah yang paling rawan longsor dengan persentase 32,85 persen dari total longsor di Jatim.

Pasalnya, sepanjang tahun 2014 ini longsor terjadi di 45 desa yang tersebar di 13 kecamatan yang ada di Pacitan.

"Meski paling banyak, namun longsornya kecil-kecil dan tidak sebesar seperti yang terjadi di Jombang pada bulan Januari lalu," terangnya.

Banyaknya potensi longsor tersebut, kata Sudarmawan karena terjadi kerusakan parah pada hutan-hutan penyangga di pegunungan yang ada di Jatim. Selain itu, masih banyaknya warga yang menggunakan bantaran sungai sebagai tempat hunian juga menjadi penyebabnya.

"Menyikapi hal itu, Pak Gubernur telah menetapkan status siaga bencana sejak 1 Desember 2014 hingga Pebruari 2015," tegas mantan Sekda Kabupaten Bangkalan ini.

Gubernur Jatim Soekarwo menambahkan, untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam tanah longsor, pihaknya sudah memerintahkan BPBD Jatim intensif berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota serta pihak terkait lainnya. Peringatan kepada masyarakat di titik-titik wilayah yang rawan bencana juga sudah diberikan.

Selain itu, posko bencana juga saya minta untuk didirikan, termasuk menyiapkan peralatan berat di sekitar lokasi rawan bencana, serta menggelar gladi bersih penanganan ketanggapdaruratan.

"Dengan begitu, jika sewaktu-waktu bencana terjadi semua pihak, mulai petugas hingga masyarakat benar-benar siap," tegas Pakde Karwo. (Mujib Anwar)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas