Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Dibalik Pemakaman Massal Korban Bencana Longsor Banjarnegara

Iwan Suwandi (45) tak pernah ragu mengerjakan tugasnya sebagai penggali liang kubur di pekuburan massal korban bencana longsor di Banjarnegara

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Kisah  Dibalik  Pemakaman Massal Korban Bencana Longsor Banjarnegara
KOMPAS.com/Nazar Nurdin
Pemakaman massal untuk korban bencana longsor di Banjarnegara telah disiapkan secara khusus. Pemakaman umum di desa Ambar, desa yang bersebelahan dengan Sampang, dipilih sebagai tempat pekuburan massal. 

TRIBUNNEWS.COM.SEMARANG,  - Iwan Suwandi (45) tak pernah ragu mengerjakan tugasnya sebagai penggali liang kubur di pekuburan massal korban bencana longsor di Banjarnegara. Sejak operasi pencarian korban dimulai hingga jenazah ditemukan, dia selalu terlibat dalam pemakaman jenazah.

Tiap jenazah yang sudah dikremasi, dia bersama warga lain menguburkan jenazah warga dusun Jemblung, dusun yang hancur akibat terjangan longsor. Dia pun tahu persis soal kondisi jenazah, yang masih utuh, luka, yang hancur hingga jenazah yang bentuknya sudah berantakan.

Dari pengalamannya itulah, dia mengetahui ada tiga jenazah yang telah ditemukan dalam kondisi utuh dan tidak berbau busuk. Dia kemudian menandai beberapa jenazah itu dalam liang lahat yang berbeda-beda.

Tiga jenazah yang dimaksud adalah jasad atas nama Burhan serta seorang ibu dan anaknya atas nama Khilmah dan Diana. Ketiga jenazah tersebut utuh dan tidak memiliki bercak darah. Kulitnya pun masih utuh, tidak berubah serta perutnya tidak menggembung.

"Dua jenazah itu kami makamkan khusus. Dia beda dengan yang lain. Saya enggak tahu persis apakah karena obat atau apa, tapi seluruh tubuhnya masih utuh. Padahal mereka tertimbun selama tiga hari," kata Iwan, Selasa (16/12/2014).

Selain itu, lanjut Iwan, ketiga jasad itu juga tidak bau. Dalam pemahamannya, biasanya kondisi jasad yang tertimbun dalam material tanah tentu sudah membusuk. Sementara tiga jenazah yang dikuburkan khusus itu tidak demikian.  

Sementara kondisi jasad lain, kata dia, sudah rusak dan kondisinya tak menentu. Ada tangan yang berpindah ke kepala, hidung pindah ke tempat lain. Bahkan, bau menyengat sudah ada dalam radius jarak satu meter.

BERITA REKOMENDASI

"Kalau yang lain satu meter saja sudah nyengat. Tapi kalau tiga jenazah itu tidak, meski Fauzan ditemukan sebelum ibu dan anak ini," ujarnya seraya menunjukan lokasi makam.

Untuk meminimalisir bau menyengat, dia mencoba membakar kopi. Asap yang mengepul ke udara diyakini bisa mengurangi bau busuk.

Koordinator relawan khusus pemakaman, Suwandi (61) mengiyakan apa yang disampaikan Iwan. Sebelumnya, dia menilai pemakaman di Desa Ambar dipilih sebagai pemakaman massal lantaran lokasinya berdekatan dengan dusun Jemblung. Sementara ini sudah ada 25 jenazah yang dikebumikan di lahan berbukit tersebut.

Untuk menguburkan jenazah, warga menyiapkan liang lahat. Ada beberapa liang lahat yang digali sedalam kurang lebih 1,5 meter. Satu liang jenazah bisa diisi jasad sebanyak dua hingga empat jenazah.

"Kami akan penuhi semua yang ada dimakamkan. Kalau kurang nanti akan cari tempat lagi," cetus dia.


Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas